Sedangkan Mbah Satinem adalah warga Dusun Sawit Lor, Desa Pucanganom, Kecamatan Giritontro.
Saat itu Mbah Ngatimin bekerja di ladang milik orang lain yang berlokasi dekat rumah Satinem.
Awalnya Mbah Ngatimin sering melihat Mbah Satinem mencari rumput untuk pakan kambing.
Ia merasa kasihan dengan kondisi Mbah Satinem saat membawa rumput.
"Saben dinten deyak-deyek pados pakan (Setiap hari mencari rumput gendongi pakan kambing). Pikiran kula boten tekan (pikiran saya kasihan)" tuturnya.
Baca juga: Terungkap Sumber Kekayaan Gus Miftah yang Viral Olok Penjual Es Teh, Tarif Ceramah Fantastis
Berawal dari rasa iba, kemudian Mbah Ngatimin mulai berkenalan.
Mbah Ngatimin pun menjadi sering membantu Satinem mencari pakan kambing yang ia pelihara.
Setelah saling mengenal selama dua tahun, akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.
"Angsal kulo kenal (saya kenal) sudah dua tahun," katanya.
Mbah Ngatimin mengaku tidak memiliki rencana khusus setelah menikah.
"Malam pertama menikah cuma jagongan (ngobrol) biasa," jelasnya.
Ternyata awalnya alasan Mbah Ngatimin menikahi wanita yang kini jadi istrinya itu berasal dari rasa iba hingga tumbuh menjadi cinta.
Terlebih kondisi Satinem yang ternyata pilu hidup sebatang kara di masa tua.
Dengan pernikahannya itu ia berharap tak lagi kesepian dengan kehadirannya suami.
"Sakit malam-malam mboten enten tiang (kalau sakit tidak ada orang yang mengurus). Sareng ngoten (oleh karena begitu), saya nikah," ujar Satinem.