TRIBUNWOW.COM - Judi online (judol) saat ini tengah ramai dibicarakan masyarakat Indonesia, di tengah munculnya wacana pemberian bansos kepada korban judol.
Usulan ini pun menuai pro dan kontra di tengah masyarakat, lantaran dianggap bukan solusi untuk memberantas judi online.
Seorang wanita bernama Bunga (32), bukan nama sebenarnya, menceritakan kehidupan kelam di balik layar admin judi online.
Baca juga: Pemberian Bansos untuk Korban Judi Online Tuai Polemik, Dinilai Tidak Tepat dan Tak Solutif
Bunga, yang merupakan warga asal Batam, sempat bekerja menjadi admin judi online di Filipina.
Di sana, ia diperlakukan sangat buruk, tak hanya kekerasan fisik, tapi hidupnya juga terkekang dan penuh tekanan.
Ia dan para pekerja lainnya hanya boleh melakukan aktivitas dalam sebuah kawasan, tak ada tempat dan cela bagi Bunga bisa melarikan diri.
Identitasnya, paspor dan ia bersama buruh lainnya selalu diawasi oleh sekuriti, bodyguard perusahaan ia bekerja.
Selama di Filipina, Bunga mengaku banyak memegang rahasia perusahaan tempat ia bekerja.
Sebab, ia termasuk orang yang berhasil keluar dari tempat kerjanya, lengkap dengan Handphone yang ia gunakan selama ini di sana.
Bukti bukti kejahatan yang pernah dialami Bunga masih tersimpan dalam file Handphone genggamnya.
Sore itu, Bunga mencoba memperlihatkan satu-persatu gambar, foto lokasi tempat kerja, hunian tempat tinggal, makanan, hingga luka fisik kekerasan yang dialami.
“Puji Tuhan, saya masih bisa selamat. Saya bahkan masih belum sadar, kadang terngiang-ngiang tentang apa yang saya alami di Filiphina itu. Ternyata Tuhan masih sayang samaku,” ucap Bunga penuh rasa syukur.
Perjalanan ke Filipina
Ia direkrut, informasi dapat dari telegram. Pekerjaan jadi admin judi online Gaji 17 juta sampai 20 juta rupiah belum bonus, yang penting punya paspor.
Selain informasi dari telegram, Bunga semakin yakin lantaran istri temannya ada yang melakoni pekerjaan tersebut.
Setelah mendengar cerita itu, Bunga mengirimkan CV. Pengalaman kerja untuk tawaran kerja yang di Filipina.
Baca juga: Viral Usulan Korban Judi Online Dapat Bansos: Risma Setuju, PDIP Sebut Tak Masuk Akal, Ini Kata MUI
Bunga pun berangkat, naik pesawat. Awalnya ia dibilang kerja di Macati, Manila. Namun justru dibawa ke sebuah pulau.
Perjalanan ke pulau itu sangat sepi. Kalau di Batam, katanya seperti perjalanan menunu jembatan lima Barelang.
Nama tempatnya itu adalah Island Cop atau Capite. Jadi lokasinya itu seperti sebuah kawasan khusus industri, terdiri dari bangunan-bangunan tower, pogo-pogo.
Di kawasan itu masing-masing tempat ada usahanya, mulai dari pogo tempat perjudian judi, pago tempat pembuatan konten film pornoh sama tempat kami skimmer.
ia mengatakan sesampai di sana, di mes penampungan mereka paspor seluruh Pekerja Migran Indonesia (PMI) pun langsung ditahan.
Hari pertama, di sana seluruh PMI masih mendapat perlakuan bebas namun terbatas hanya boleh berada di seputar kawasan tempat kerja.
“Jadi lokasinya itu memang seperti kawasan industri. Kalau di Batam misalnya kawasan industri muka kuning Batam Indo. Jadi ada banyak perusahaan di dalam. Cuman dia bangunannya tinggi,” katanya.
Di hari pertama, Bunga mau keluar kawasan mau beli peralatan kebutuhan tapi itu dilarang sekuriti.
Kejanggalan demi kejanggalan mulai dirasakan Bunga di sana. Hidupnya mulai terkekang dari segala bentuk keinginan dan kebebasan layaknya di penjara.
“Paling janggal kami gak bisa keluar, hanphone kami disadap. Bahkan seluruh sudut gedung sampai kamar pun ada CCTV. Sadisnya lagi, sekuriti kawasan di sana nenteng senjata api, biasa sekuriti kan nenteng pentungan, ini mereka pegang senjata api,” bebernya
Admin judi online cari ‘mangsa’ orang Indonesia
Bunga mengaku bekerja di sana bak romusha, tak ada waktu tidur. Dalam satu bulan hari kerja hanya ada libur, of dua hari.
“Yang gak bisanya kerja nonstop 30 hari. Jatah libur dua hari dalam satu bulan, kalau ada yang sakit kita disuruh dan dipaksa masuk itu,” sebutnya.
Hari pertama kerja, Bunga menyebutkan bentuk pekerjaan yang dia lakukan menangani permainan game online modus penipuan yang mencari ‘mangsa’ orang Indonesia.
“Karena kami fasih bahasa Indonesia, kami ditugaskan meng-handle dan menarget orang Indonesia. Kalau untuk negara lainnya di-handle sama WNA lainnya. Kami dalam satu ruangan itu ada 40 orang, ada dari Tiongkok, India, Filiphina, jadi memang gabung tapi tanpa ada interaksi sesama kami,” katanya.
Kata Bunga, Perusahaan tempat ia bekerja memang seperti perusahaan besar namun hanya bermodalkan layar monitor dan internet. Cara kerjanya hanya menawarkan berbagai permainan besar kecil kepada target.
“Bikin dulu konsumen menang, kasih menang 2 kali. Aku pernah nipu target sampai 350 juta lewat medsos,” bebernya.
Dalam menjalankan pekerjaan ini, lanjut Bunga mereka ditarget. Kalau target tidak tembus, gaji dipotong. Waktu itu ada teman di depan meja Bunga kerjanya tidak capai target, namun lantaran tak tercapai target mereka itu dipukul, dibanting dan ditonjok bagian perutnya.
"Bahkan, Jam kerjanya itu dari jam 9 pagi sampai jam 2 subuh. Kadang itu mau nanti jam 2 lebih sampai pagi subuh. Saya seumur hidup gak pernah berbohong, disana saya malah dipaksa belajar berbohong."
"Di sana kita gak boleh kerja nunjukin kemampuan. Kalau kita tembus target nanti malah dinaiki omzet target namun gaji tak naik."
"Bekerja di sana, saya ditarget omzet 500 juta. Jika target tak tercapai, nanti potong gaji. Jika tercapai tak ada dapat komisi."
Baca juga: Anggota DPR Ikut Main Judi Online hingga Dilaporkan oleh Keluarga ke MKD, Tak Ada Hukuman Berat?
"Di sana itu gak boleh tanya gaji, terima gaji yadah jangan komplain nanti bisa berujung masalah," sambungnya.
Parahnya lagi, selama bekerja di sana Bunga mengaku tak pernah menerima gaji sesuai dengan tawaran awal. Sebab, gaji Bunga banyak dipotong karena denda.
“Kita itu dibuat habis oleh denda, terlambat masuk meja kerja pun denda. Cabut kabel carger hp ke listrik nempel kena denda, buang sampah pun kena denda padahal saya tak ada buang sampah. Jadi memang disengaja agar upah kerja kita itu habis-habis disitu, belum lagi biaya makan, minum,” katanya.
Yang paling parah dan yang tak bisa ia lupakan, Bunga pernah menguras uang korban. Lalu korban depresi hingga meninggalkan dunia.
“Saya itu, pernah punya nasabah sampai meninggal dunia. Sampai korban itu habis hartanya, semua dijualin. Ia sampai diceraikan istrinya. Saya men lihatnya dari berita. Korban yang pernah saya target meninggal bunuh diri,” pungkasnya. (TRIBUNBATAM.id/bereslumbantobing)
Artikel ini telah tayang di TribunBatam.id dengan judul Cerita Warga Batam Jadi Admin Judi Online, Incar Pejudi Indonesia Hingga Korban Bunuh Diri