TRIBUNWOW.COM - Sejumlah lembaga survei telah merilis hasil jajak pendapat mereka terkait elektabilitas pasangan calon Pilpres 2024.
Namun, beberapa lembaga survei mulai dicurigai kebenarannya karena dianggap tak obyektif.
Pengamat Politik Ujang Komarudin mengatakan ada ciri lembaga survei yang tidak kredibel.
Hal ini dikatakan Ujang Komarudin saat menjadi narasumber di acara Kompas TV, Kamis (28/12/2023).
Baca juga: Tak Hanya Deklarasi Dukungan Prabowo-Gibran, Berdasarkan Hasil Survei, PPP juga Dominasi Pilih 02
"Survei itu ada yang dipublish ada yang tidak. Lembaga survei ada yang obyektif ada yang juga subyektif terkadang merangkap konsultan, ini juga jadi problem," ujar Ujang.
"Tapi ketika metodologinya dilakukan dengan baik, ketika surveinya dilakukan dengan obyektif maka kita harus menerima sebagai sebuah kajian ilmiah yang merepresentasikan katakanlah hasil yang dianggap benar."
Menurutnya, banyak lembaga survei yang sengaja memainkan angka-angka atau hasil survei.
Untuk mengetahuinya, ada ciri survei yang bisa dipercaya.
"Kalau saya lihat ada rangkaian survei yang biasanya dilakukan oleh lembaga survei biasanya berkala, 4 bulan terakhir dari mulai bulan Oktober-November-Desember gitu, biasanya rangkaian."
"Lembaga survei yang memiliki rangkaian survei yang terukur, obyektif, jelas itu dengan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan itu survei yang kita anggap mendekati kebenaran."
"Tetapi kalau surveinya ujug-ujug tahu-tahu muncul mensurvei dengan angkat tertentu, memenangkan capres-cawapres tertentu ini patut dicurigai."
Baca juga: Hasil Survei Terbaru Akhir Tahun 2023 Versi 6 Lembaga, LSI Denny JA Tempatkan Anies Ungguli Ganjar
Pengamat politik ini menambahkan jika lembaga survei yang besar sudah tahu kapan harus melakukan jajak pendapat itu.
Sehingga jelang pemilihan tiba, mereka sudah memiliki data pasangan calon mana yang meningkat suaranya maupun stagnan.
Selain itu, lembaga survei juga banyak diyakini bisa mempengaruhi suara terlebih jika Pilpres berlaku dua putaran.
"Paling tidak memang survei yang membentuk opini pasti, apalagi nanti dua putaran biasanya mereka masyarakat, tim sukses, partai, mereka akan condong pada mereka yang dianggap potensi besarnya menang, bergabung seperti itu," kata Ujang.