Pilpres 2024

Kritik Penguasa, Megawati Merasa Tak Dihormati dan Sebut seperti Orde Baru: Banyak Kader PDIP Nangis

Editor: Lailatun Niqmah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PDIP Megawati. Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri melontarkan sejumlah kritikan tajam untuk penguasa saat ini.

"Dulu, Reformasi itu apa sih? Kan mengubah, mengubah jabatan seorang pemimpin supaya ada batas waktu. Ya sudah, itu bagian dari amandemen dan itu bagian yang diputuskan. Ya sudah lah, aturan itu mbok diikuti, jangan dilanggar-langgar," ujar Megawati.

Meski demikian, presiden ke-5 RI ini juga mengingatkan kepada para relawan dan kadernya agar juga tidak melanggar aturan pembatasan jabatan itu.

"Tapi kalian juga jangan melanggar, iya nanti giliran semprit [heboh], tapi kalian juga maling, aduh," kata Megawati.

Dia pun meminta pihak yang disinggung agar sadar atas segala perbuatan. Megawati kode, pihak disindirnya merupakan 'Bapak-bapak'.

"Sudah berhenti deh bapak-bapak yang saya sindiri ini, insaf," katanya

Banyak Kader PDIP Menangis

Megawati juga mengungkap banyak kader PDIP yang menangis saat datang kepadanya terkait kondisi politik yang akhir-akhir ini terjadi. 

"Wah kemarin, banyak anak-anak saya (kader PDIP) dateng, baru ketemu saya nangis-nangis," kata Megawati. 

Menyikapi kondisi tersebut, Megawati meminta kepada para kadernya untuk tidak perlu menangis. 

Kata dia, kondisi tersebut wajar terlebih pada masa pemilu seperti saat ini.

"Saya bilang ngapain sih nangis enggak perlu, ya tapi itu dedikasi. Kalau memang begitu, sudah ini kan zamannya pemilu. Sebetulnya pemilih untuk apa? Pilih seseorang kan," ujarnya.

Terhadap hal tersebut, Megawati lantas mengingatkan kepada seluruh organ relawan yang hadir untuk senantiasa mengedepankan asas demokrasi.

Kata dia, hanya pemilu yang dilakukan secara demokratis yang dapat melahirkan bangsa yang berdaulat.

Baca juga: Hari Pertama Kampanye Pilpres 2024: 2 Paslon Berkutat di Jawa, Ganjar-Mahfud MD di Ujung Indonesia

Megawati Merasa Tak Lagi Dihormati

Megawati juga menyoroti pengorbanan dalam sejarah Republik Indonesia.

Halaman
123