TRIBUNWOW.COM - Keretakan muncul di koalisi perang Israel yang melancarkan serangan ke Hamas, Senin (27/11/2023).
Dikutip dari Middle East Eye, hal ini terjadi setelah Menteri Benny Gantz yang mengatakan partainya memberikan suara menentang perubahan anggaran yang telah direncanakan.
Dalam suratnya, Benny Gantz mengirimkan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengurai penolakan tambahan dana untuk serangan tertentu.
Baca juga: Beda Israel dan Hamas yang Kembalikan Sandera ke Tempat Asal: Lambaikan Tangan ke Pejuang Palestina
Awalnya Menteri Keuangan Bazalel Smotrich akan menyalurkan pengeluaran tambahan ke sekolah agama dan pemukiman di Tepi Barat Palestina yang diduduki Israel.
"Kami akan menentang pencairan dana koalisi atau anggaran dana tambahan yang tidak terkait perang," kata Benny Gantz.
Menurutnya, jumlah dana yang sudah direncanakan itu bisa dipakai untuk warga sipil Israel.
Diketahui Gantz merupakan penentang Benjamin Netanyahu yang masuk ke dalam kabinet perang.
Baca juga: Reaksi Dunia soal Gencatan Senjata Israel dan Hamas selama 4 Hari, Menlu AS Masih Kobarkan Kebencian
Namun, bocoran laporan anggaran akhir tahun 2023 mengungkapkan peningkatan pendanaan untuk Yeshivas sebesar 133 juta dolar Amerika Serikat.
Serta mengalokasikan 107 juta dolar Amerika Serikat ke Kementerian Misi Nasional, yang dijalankan oleh partai sayap kanan Smotrich.
Partai Gantz mengatakan anggaran itu juga dinaikkan oleh pihak lawannya sebesar tiga kali lipat dalam sebuah kesalahan besar di mata publik.
Baca juga: Israel Ogah Stop Serang Gaza, Tak Peduli Warganya yang Disandera Hamas Turut Jadi Korban
Seharusnya dana itu bisa dialokasikan ke sekolah swasta di mana Gantz sangat mendukung pendidikan yang layak.
Perpecahan di tubuh Israel ini bisa menjadi celah untuk Hamas masuk ke dalam kabinet.
Bahkan, saat Hamas melakukan Badai Al Aqsa di 7 Oktober 2023 lalu menunggu adanya momen perpecahan itu.
Lantaran saat itu internal Israel tengah mengalami perpecahan. (TribunWow.com/ Tiffany Marantika)