Kita harus coba melihat realitas publik dan membedakannya apa yang menjadi dinamika di tingkat elite.
Mengapa tiba-tiba Pak Presiden menyetujui Prabowo-Gibran karena sebelumnya beliau mengatakan Gibran belum cukup usia?
Saya mau kembali lagi apa yang kami diskusikan lagi dengan Pak Jokowi tentang rekonsiliasi nasional dan konsolidasi elite.
Dalam pertemuan pembicaraan kami dengan Pak Jokowi setelah lebaran 2023 kalau tidak salah sekitar bulan Mei.
Saat itu ada satu ide yang kami sampaikan dan direspon positif. Bahwa untuk 2024 untuk melanjutkan rekonsiliasi dan konsolidasi elite kami mengusulkan koalisi besar pemerintah ini dilanjutkan.
Di situ masih ada NasDem, masih ada PKB itu. Saat itu karena koalisi besar ini banyak partai.
Kami mengusulkan koalisi besar ini backbone 2 partai itu namanya PDIP dan Gerindra.
Nah kan waktu itu Pak Jokowi juga mulai sering mengapa mengendorse sosok Ganjar Pranowo, kalau kita bicara Gerindra tidak ada orang lain sekarang ini kan kecuali Pak Prabowo.
Sehingga memang dalam pikiran kami ketika PDIP dan Gerindra ini sebagai backbone maka dua partai ini dan Pak Jokowi nantinya yang akan membuat formula siapa figurnya. Apakah tetap Pak Ganjar, Pak Prabowo atau ada opsi yang lain.
Itu ide awalnya begitu. Tapi ada situasi lain tiba-tiba NasDem keluar. Saat ini ada dinamika elite yang tidak pernah kita kalkulasi sebelumnya tapi itu semacam mengubah lapangan permainan dan mengubah konfigurasi dalam permaianan.
Baca juga: Pesan Jokowi pada 3 Bacapres saat Makan Siang Bareng Diungkap Prabowo: Adu Gagasan, Jaga Kerukunan
Sehingga kemudian dalam proses berikutnya ketika Pak Prabowo menjadi figur yang oleh Pak Jokowi dianggap “lebih bisa mewakili legacy” maka harus didampingi siapa. Kami waktu itu ada dua opsi Prabowo-Ganjar atau Prabowo-Puan.
Itu kami munculkan di dalam diskusi.
Responsnya positif dengan adanya usulan itu?
Pak Jokowi mendorong Pak Prabowo untuk membuka komunikasi itu dengan PDIP. Cuma kan saya tidak tahu persis ya lebih dari ungkapan yang muncul.
Kelihafannya kondisi politik di antara petinggi petinggi ini di antara mereka menemui jalan buntu. Maka mulai dibuat alternatif jalan lain formasi lain dan ketika formasi lain akhirnya akan muncul nama lain.