Namun, ketika Asnawi lebih maju ke depan menemani Saddil, tak jarang melihat Sandy bermain lebih mundur untuk mengcover area pertahanan.
Baca juga: Persija Jakarta Gigit Jari? Kans Incar Stefano Lilipaly Telah Ditutup, Bos Borneo FC Beri Pernyataan
Shin Tae-yong juga menerapkan dua striker sekaligus, bahkan mempercayakan Hokky Caraka.
Pemain muda berusia 19 tahun yang menjalani debut di level senior untuk disandingkan dengan Dimas Drajad.
Kolaborasi keduanya cukup ampuh dalam membaca permainan sehingga menghasilkan gol pembuka untuk Timnas Indonesia.
Dendy yang biasa bermain di posisi mereka dengan skema satu striker bermain lebih melebar di sisi sayap kiri, seperti saat di Bhayangkara FC.
Namun pada prakteknya di lapangan, kondisi tersebut tidaklah mutlak, Dendy bisa bergerak di belakang Dimas dan Hokky untuk memberi ruang Arhan overlap ke kotak pertahanan lawan.
Sayangnya, performa Arhan dalam laga ini dinilai kurang, meskipun di awal-awal babak pertama kerap memberikan umpan-umpan silang.
Akurasinya masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi Arhan.
Dia pun digantikan Shin Tae-yong pada babak kedua dengan memainkan Shayne, dan menarik Dendy dengan memainkan Witan.
Banyak perubahan yang terjadi di babak kedua, seiring masuknya pemain pengganti hingga menelurkan 4 gol.
Lalu, bagaimana dengan susunan pemain untuk leg 2 melawan Brunei?
Shin Tae-yong jelas memiliki alasan mengapa Shayne, Witan, hingga Sananta dimainkan pada babak kedua.
Alasan mengapa Sandy bermain di posisi yang berbeda dibandingkan saat di KV Mechelen.
Gunanya tak lain menemukan formula yang lebih baik sebagai persiapan melawan tim yang lebih sulit dengan menemukan karakter ideal dari kualitas pemain yang dia miliki.
Shin Tae-yong diprediksikan tidak gegabah, memainkan Shayne sebagai starter menggantikan Arhan, lalu Sandy menempati posisi Asnawi, mungkin itu proses penyesuaian.