Pilpres 2024

Pengamat Nilai Koalisi Gemuk Prabowo Tak Jamin Kemenangan di Pilpres, Singgung Faktor Penyebabnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyampaikan kata sambutan pada acara penandatanganan kerjasama politik di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2023).

TRIBUNWOW.COM - Koalisi gemuk pendukung bakal capres Partai Gerindra untuk Pilpres 2024, Prabowo Subianto dinilai tak menjamin kemenangan.

Dilansir TribunWow.com, hal ini disampaikan Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno soal koalisi gemuk di kubu Prabowo Subianto.

Seperti diketahui, Prabowo Subianto telah didukung sejumlah partai besar untuk Pilpres 2024, di antaranya Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Baca juga: Jika Terpilih Jadi Presiden, Prabowo akan Lanjutkan Program Jokowi demi Wujudkan Indonesia Emas 2045

Adi Prayitno menilai, banyaknya dukungan partai politik ke figur calon presiden (capres) tak menjamin kemenangan.

Adi Prayitno mengatakan, kemenangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (cawapres) ditentukan oleh suara rakyat, bukan banyaknya dukungan partai politik.

Ini Adi sampaikan merespons gemuknya koalisi pendukung bakal capres Partai Gerindra untuk Pemilu 2024, Prabowo Subianto.

“Tidak ada korelasi banyaknya dukungan partai ke capres akan memenangkan pertarungan politik karena yang memilih presiden itu bukan anggota dewan atau anggota partai yang jumlahnya sangat terbatas,” kata Adi kepada Kompas.com, Selasa (15/8/2023).

"Yang memilih presiden itu adalah rakyat Indonesia," tuturnya.

Adi mencontohkan, ketika Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, koalisi pendukung Joko Widodo dan Jusuf Kalla lebih ramping dari koalisi pendukung Prabowo-Hatta Rajasa.

Namun, ketika itu, Jokowi-JK berhasil unggul dari Prabowo-Hatta.

Hal serupa juga terjadi pada Pilpres 2004.

Baca juga: Survei Voxpol: Elektabilitas Prabowo Selalu Unggul Duet dengan Siapapun, Tertinggi sama Erick Thohir

Saat itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-JK didukung oleh sedikit partai politik, tetapi mampu mengalahkan empat pasangan capres-cawapres lawan.

Memang, kata Adi, semakin banyak dukungan partai, mental juang sebuah koalisi akan berlipat ganda.

Namun, bukan berarti hal itu bisa dikapitalisasi menjadi dukungan suara.

“Partai tidak menjamin apa pun,” ujarnya.

Halaman
12