Kabar Tokoh

Kisah Brigjen TNI Nugraha Gumilar Anak Yatim Jadi Jenderal: Jangan Menyerah, Andalkan Tuhan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Setelah peluncuran bukunya, Brigjen TNI Nugraha Gumilar (batik biru) berfoto bersama dengan rekan seangkatan Lemhannas RI - PPSA.XXI

Bukan sekadar basa-basi, Gumilar mengaku sama sekali belum pernah berutang sepanjang perjalanan hidupnya.

Lantas bagaimana dengan kebutuhan mendadak atau darurat?

Untuk ini ia punya kiat.

“Kalau butuh duit saya bisa jual apa yang saya punya untuk memnuhi kebutuhan hidup. Misalnya mobil bisa saya jual terus beli yang lebih murah, selisih uang itulah untuk memenuhi kebutuhan hidup,” aku Gumilar.

“Sampai sekarang seperak pun saya gak pernah punya utang,” sambung dia.

Tertempa hidup yang keras sejak kecil membuat Brigjen TNI Nugraha Gumilar lebih memilih menjalani hidup sederhana meski saat ini berkecukupan.

Mapan secara karir dan ekonomi, menyandang bintang satu dan gelar S3.

“Saat tentara pangkat letnan, ketika ekonomi sulit saya bisa makan cuma nasi dan telor ceplok pakai kecap dan bawang merah. Saya pikir makan mewah atau sederhana yang keluar di belakang kan sama juga kotornya. Bau juga kenapa harus makan enak?” katanya tertawa.

Di samping kejujuran, bekerja keras, tidak mempunyai utang juga ia ajarkan kepada anak-anaknya.

“Mungkin karena saya tidak berbisnis ya, jadi tidak perlu berutang. Kalau pebisnis mungkin harus utang untuk modal usaha,” ujarnya.

Dalam bukunya “Anak Yatim Jadi Jenderal: Tragedi Pesawat Nurtanio”, Brigjen TNI Dr Nugraha Gumilar MSc berbagi kisah hidupnya sejak lahir, ditinggal ayahnya, tumbuh dan berkembang menjadi pribadi dewasa berintegritas, kisah kasih dengan pendamping hidupnya, hingga sukses menyandang pangkat jenderal bintang satu.

Selain kisah hidup yang terbagi dalam 17 bab, buku setebal 183 halaman yang ditulis oleh Andhini ini juga memuat 17 sejumlah testimoni tentang pribadi Brigjen TNI Nugraha Gumilar.

Terakhir, ia kembali mengingatkan bahwa di dalam hidup kita ada orang-orang di sekitar yang membantu berkat tangan Tuhan.

“Saya bisa jadi jenderal juga karena banyak menerima bantuan, bukan karena hebat. Hidup itu harus bermasyarakat, banyak membantu orang lain,” katanya. (*)

Baca berita lainnya