(4) Wa laa ana 'aabidum maa 'abattum.
Artinya: "Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah."
وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ
(5) Wa laa antum 'aabiduuna maa a' bud.
Artinya: "Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah."
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
(6) Lakum diinukum wa liya diin.
Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
Baca juga: Bacaan Doa Niat Membayar Fidyah bagi Orang Sakit untuk Ganti Utang Puasa Ramadhan, Cek Besarannya
Dikutip dari TribunJakarta.com, surat tersebut mengisahkan tentang Nabi Muhammad SAW yang sedang menyebarkan agama Islam di kota Mekkah, tetapi dilawan oleh kaum Quraisy.
Kaum Quraisy menjanjikan Nabi Muhammad SAW akan mendapatkan kenikmatan hingga harta yang berlimpah dengan syarat menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh kaum Quraisy.
Jika Nabi Muhammad SAW menyembah berhala selama setahun, maka kaum Quraisy juga akan menyembah apa yang Nabi Muhammad SAW sembah dalam jangka waktu yang sama.
Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW menolak dengan tegas apa yang diminta oleh kaum Quraisy tersebut.
Nabi Muhammad SAW tidak akan melakukan dan mengikuti penyembahan seperti yang mereka lakukan dan beliau hanya akan menyembah Allah SWT.
Dari surat Al-Kafirun, kita sebagai umat Muslim juga harus memiliki keyakinan dan iman yang kuat terhadap agama Islam serta tidak percaya untuk menyembah siapapun kecuali Allah SWT.
Jangan sampai kita mengikuti ajaran agama lain jika kita sudah meyakini agama Islam, seperti yang tercantum dalam surat Al-Kafirun, yaitu untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
(Tribunwow.com/Risabila)