Sehingga, alih-alih bekerja untuk rakyat, para artis ini hanya dipakai sebagai komoditas politik.
"Jadi artis belum signifikan untuk partai, dimanfaatkan dalam tanda petik untuk mendongkrak elektoral partai agar partai bisa lolos ambang batas parlemen, maka artis kerap kali dijadikan sebagai komoditas politik," kata Pangi.
Di sisi lain, sistem perekrutan artis yang dilakukan sejumlah parpol tersebut dinilai telah mencederai demokrasi dan sistem kaderisasi.
Pasalnya, untuk menjadi caleg, seorang kader partai seharusnya berkontribusi di internal partai maupun masyarakat.
(TribunWow.com/Dian/Tami)