Piala Dunia 2022

Tolak Simbol LGBT di Piala Dunia 2022, Presiden Asosiasi Sepak Bola Prancis Bela Qatar

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Timnas Amerika Serikat (AS) mendekorasi tempat mereka latihan di Qatar dengan nuansa pelangi sebagai bentuk dukungan terhadap kaum LGBT.

TRIBUNWOW.COM - Penggunaan simbol dukungan terhadap lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Piala Dunia 2022 Qatar masih terus menjadi perdebatan padahal FIFA dan Qatar telah tegas melarang.

Mulai dari penonton hingga pemain protes karena mereka dilarang mengkampanyekan simbol dukungan terhadap LGBT di Piala Dunia 2022.

Dikutip TribunWow dari aljazeera, dalam hal ini, Presiden Asosiasi Sepak Bola Prancis, Noel Le Graet justru membela Qatar.

Baca juga: Aksi Nyeleneh Penonton Piala Dunia 2022 di Qatar Terciduk Coba Selundupkan Bir Pakai Cara Ini

Le Graet merasa publik terlalu berlebihan mengkritisi Qatar hanya gara-gara isu LGBT.

"Saya meyakini telah terjadi kampanye anti Qatar yang berlebihan," ujar Le Graet.

Le Graet mengatakan, urusan politik biarlah politisi yang mengurusnya.

Le Graet sendiri menolak pemain timnas di Piala Dunia 2022 mengenakan ban kapten warna-warni yang merupakan simbol dukungan terhadap LGBT.

Para pemain yang menjadi peserta Piala Dunia 2022 diancam akan dikenakan sanksi saat bermain berupa kartu kuning jika nekat menggunakan simbol dukungan terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Dikutip TribunWow dari skynews, hal ini mengundang protes tidak hanya dari para pemain tapi juga dari penonton dan fans.

Baca juga: Melempem di Klub, Kapten Man United Gemilang di Timnas Inggris Pada Laga Perdana Piala Dunia 2022

Asosiasi suporter sepak bola di Inggris alias Football Supporters Association (FSA) geram lantaran FIFA dinilai tidak peduli kepada keberadaan kaum LGBT.

FSA menyampaikan kaum LGBT saat ini sedang merasa marah kepada FIFA.

"Hari ini kami merasa dikhianati," jelas FSA.

FSA kemudian menyindir Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 yang tidak memiliki rasa toleransi kepada kaum LGBT hingga wanita.

"Jangan pernah lagi Piala Dunia diselenggarakan semata-mata atas dasar uang dan infrastruktur," kata FSA.

"Jangan ada negara yang tidak memenuhi hak LGBT+, hak perempuan, hak pekerja atau hak asasi manusia universal lainnya boleh diberi kehormatan menjadi tuan rumah Piala Dunia," tegas FSA.

Halaman
12