TRIBUNWOW.COM - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah membuktikan keseriusannya ingin membantu menyelesaikan konflik Rusia dan Ukraina yang kini terjadi.
Seperti yang diketahui, Presiden Jokowi sempat mengunjungi langsung Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam rangka menjadi mediator.
Namun tak dapat dipungkiri saat rangkaian acara G20 berjalan, delegasi Rusia dan Amerika Serikat (AS) serta negara-negara barat saling melakukan aksi walk out sebagai bentuk protes.
Baca juga: Diundang Bloomberg Jadi Pembicara di Acara G20, Anies Pamerkan Pencapaian Jakarta: Melampaui Target
Dikutip TribunWow, dalam wawancara eksklusif bersama BBC, Jokowi menjawab kemungkinan terjadinya negosiasi di antara negara yang berseteru pada KTT G20 nanti.
Awalnya Jokowi menjelaskan bahwa adanya rivalitas adalah hal yang wajar selama dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan konflik terbuka.
Selanjutnya Jokowi menekankan betapa pentingnya dialog untuk pemulihan kondisi global dan ekonomi.
"Tidak akan ada perdamaian tanpa dialog," kata Jokowi.
Jokowi kemudian ditanyakan dapatkah negosiasi berjalan di tengah tensi yang tengah memanas ini.
Sang RI 1 menjawab bahwa pihaknya sedang berusaha.
"Apa yang ingin kita perjuangkan di KTT G20 adalah amanat dan kepercayaan besar dari negara-negara G20 ini harus betul-betul kita pakai untuk memperjuangkan utamanya kepentingan negara-negara miskin dan negara-negara berkembang," papar Jokowi.
Hanya dalam hitungan hari, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 15-16 November 2022.
Pada KTT G20 nanti, diketahui Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan datang langsung ke Bali.
Dikutip TribunWow dari rt, pemerintah Rusia menyatakan akan mengirimkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov sebagai delegasi.
Baca juga: Putin Batal Datang ke Indonesia untuk Hadiri KTT G20, Bagaimana dengan Presiden Ukraina Zelensky?
Hal ini telah dikonfirmasi oleh Dmitry Peskov selaku juru bicara pemerintahan Putin pada Kamis (10/11/2022).
Namun pemerintah Rusia juga menyampaikan bahwa Putin akan menghadiri KTT G20 lewat teleconference atau video.
RT yang merupakan media pemerintah Rusia menjelaskan bahwa pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ditekan oleh Amerika Serikat (AS) dan negara aliansinya untuk memblokir Putin sebagai hukuman atas konflik yang terjadi di Ukraina.
RT turut mengungkit bagaimana Menteri Keuangan AS Janet Yellen bersama representasi dari Inggris dan Kanada melakukan aksi walk out dalam pertemuan Menkeu G20 pada April 2022 lalu sebagai bentuk protes terhadap pidato delegasi pemerintah Rusia.
Kemudian RT juga menjelaskan bagaimana pemerintah Indonesia tidak gentar tetap mengirimkan undangan kepada Putin untuk menghadiri KTT G20.
Ketua Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia, Dino Patti Djalal menyampaikan sejumlah saran terkait langkah apa yang harus dilakukan Indonesia agar acara KTT G20 di Bali dapat tetap berjalan lancar.
Awalnya Dino menjelaskan G20 terancam ditinggalkan oleh negara-negara anggotanya bahkan bubar karena konflik Rusia-Ukraina.
"G20 kini sedang sakit, terpecah belah, dan kalau tidak hati-hati bisa menjadi disfungsional," ujar Dino dikutip TribunWow.com dari YouTube Sekretariat FPCI, Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Sosok Komandan Perang Baru Rusia, Ditunjuk Putin Pimpin Perang Ukraina meski Pernah Dipenjara 2 Kali
Dino mencontohkan bahwa di dalam G20 terdapat negara-negara G7 (Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat) yang mana semua negara G7 menentang keras invasi Rusia terhadap Ukraina.
Selanjutnya ada juga negara-negara yang pro terhadap Rusia di dalam G20 yakni Brasil, India, China, dan Afrika Selatan.
Menurut Dino, Indonesia saat ini harus memanfaatkan modal politik dan diplomatik Indonesia dengan negara-negara barat, Rusia, Tiongkok (China), bahkan negara-negara menengah.
Dino menyampaikan, Indonesia sampai saat ini masih memiliki modal politik yang baik dengan Rusia.
"Indonesia tidak menerapkan sanksi terhadap Rusia dan hubungan bilateral Jakarta-Moskow masih terjaga normal," ujarnya.
Selanjutnya Dino menyarankan agar pembahasan pilar-pilar G20 terus berjalan, mulai dari Business 20, Civil 20, Labor 20, dan lain sebagainya.
Kemudian Dino menyarankan agar Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi rutin melakukan zoom diplomacy.
"Yaitu lobi melalui teleconference secara intensif dengan pemimpin negara-negara G20 lainnya untuk mencari formula yang dapat menjaga keutuhan G20," ungkap Dino.
Dino mengingatkan bahwa solusi menjaga keutuhan G20 harus dirintis sedini mungkin.
Selain itu Dino turut menyarankan agar Jokowi memanfaatkan kesempatan KTT ASEAN-AS pada pertengahan tahun 2022 besok untuk berbicara secara bilateral dengan Presiden AS Joe Biden membahas pentingnya menjaga keutuhan G20.
Dino lalu juga menyarankan agar Indonesia mengirimkan perwakilan ke Ukraina dan Rusia untuk mencari solusi mengakhiri konflik. (TribunWow.com/Anung/Via)