TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Rusia memberikan klarifikasi soal aksi Presiden Guinea-Bissau Umaro Sissoco Embalo yang pergi ke Ukraina bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sehari seusai menemui Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kala itu Embalo dikabarkan menjadi kurir yang membawa pesan Putin untuk Zelensky.
Dikutip TribunWow dari rt, pemerintah Rusia mengklarifikasi menegaskan bahwa Putin tidak pernah minta dibantu untuk berkirim pesan kepada Zelensky.
Baca juga: Rusia Kekurangan Pasokan, Putin Putar Otak agar Bisa Memberi Makan Tentaranya di Ukraina
Saat Embalo mengunjungi Moskow pada Selasa (25/10/2022), Embalo dan Putin memang sempat berdiskusi soal kemungkinan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.
Putin juga sempat menjelaskan kepada Embalo bahwa Rusia siap untuk melakukan negosiasi.
"Rekan kami dari negara Afrika mengatakan dia akan memiliki kontak [dengan Zelensky] dan bahwa dia akan menyampaikan posisi Putin ke pihak Ukraina," ujar juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov.
"Tidak ada pesan khusus," kata Peskov.
Sebagai informasi, Embalo menemui Zelensky satu hari setelah bertemu dengan Putin.
Berikut keterangan lengkap Embalo soal pesan dari Putin ke Zelensky.
Pesan ini dibacakan ketika Embalo melakukan konferensi pers bersama Zelensky di Kiev.
"Saudaraku tercinta, kemarin saya di Rusia dengan Presiden Putin meminta saya untuk menyampaikan pesan kepada Anda, untuk berbicara kepada Anda, mengingat dialog langsung sangat penting untuk tindakan bersama kita di masa depan," jelas Embalo.
Sebelum bertemu dengan Zelensky, Embalo mengatakan kepada awak media bahwa Putin sangat terbuka untuk melakukan negosiasi dengan Zelensky.
Zelensky langsung merespons pesan dari Putin ini, Zelensky mengatakan jika ingin melakukan negosiasi maka seseorang harus berhenti melakukan serangan terlebih dahulu.
Sebelumnya diberitakan, lewat akun Twitter-nya, bos Tesla, Elon Musk menyuarakan idenya soal solusi perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini masih berkonflik.
Dalam cuitannya itu, Elon Musk menuliskan beberapa syarat agar tercapainya perdamaian, satu di antaranya adalah mengakui Krimea sebagai wilayah milik Rusia.