TRIBUNWOW.COM - Pengacara Kamaruddin Simanjuntak mengecam keras cara terdakwa Ferdy Sambo membunuh Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Dilansir TribunWow.com, Kamaruddin Simanjuntak menyebut Ferdy Sambo secara pengecut telah menembak Brigadir J dari belakang.
Menurut Kamaruddin Simanjuntak, cara tersebut sama persis seperti cara teroris mengeksekusi sandera atau korbannya.
Baca juga: Bukan Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Justru Pelaku Utama? Pengacara Brigadir J: Perannya Jelas
Sebagaimana diketahui, Brigadir J dieksekusi di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7/2022).
Pemuda asal Jambi tersebut dikatakan telah ditembak oleh rekannya sendiri, Richard Eliezer alias Bharada E, atas perintah Ferdy Sambo.
Pada akhir pembunuhan, Ferdy Sambo sendiri diduga juga menembak Brigadir J yang masih bergerak di bagian kepala.
Meskipun sampai sekarang perbuatan tersebut masih tegas disangkal oleh Ferdy Sambo.
"Ditembak oleh Bharada E, ditembak juga oleh Ferdy Sambo dengan gaya tembakan execution style," terang Kamaruddin dikutip kanal YouTube tvOneNews, Selasa (18/10/2022).
Baca juga: Setuju Kamaruddin Ungkap Isu Pernikahan Ferdy Sambo dengan si Cantik, Rohaniwan Ingatkan Konsekuensi
Kamaruddin menjelaskan bahwa gaya penembakan tersebut seperti gaya teroris yang dinilainya pengecut.
"Execution style itu cara pengecut, jadi orang sudah minta ampun atau sudah disuruh berlutut, ditembak dari belakang."
"Itu gaya teroris, jadi Ferdy Sambo ini diduga teroris dan pengecut."
Menurut Kamaruddin, jika Ferdy Sambo memiliki nyali, maka ia pasti menantang Brigadir J untuk duel pistol.
Alih-alih, ia justru membunuh Brigadir J yang saat itu diminta untuk berjongkok tanpa mengetahui kesalahannya.
"Kalau dia tidak pengecut, itu macam koboi, tembak-menembak, pemberani," beber Kamaruddin.
"Tapi kalau pengecut yang satu diikat atau disuruh berlutut lalu ditembak, namanya execution style."
"Ini Jenderal loh, jenderal kok begitu," tandasnya.
Baca juga: Sosok yang Panggil Ferdy Sambo Peppy hingga Buat Suami Putri Candrawathi Angkat Tangan
Lihat tayangan selengkapnya dari menit ke- 03.50:
Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J hingga tewas ditembak tidak pernah mengetahui mengapa dirinya dibunuh oleh komandannya sendiri Ferdy Sambo yang merupakan mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.
Sebelum tewas ditembak, Brigadir J yang terkejut melihat Ferdy Sambo marah sempat menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Namun tanpa ada penjelasan apapun, Ferdy Sambo tetap memerintahkan Richard Eliezer alias Bharada E untuk menghabisi nyawa Brigadir J.
Dikutip TribunWow dari Kompastv, hal ini terungkap pada dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang perdana kasus Brigadir J di PN Jakarta Selatan (Jaksel), Senin (17/10/2022).
Pada 8 Juli 2022 ketika Brigadir J dipanggil oleh Sambo di rumah dinas Duren Tiga, Ferdy Sambo sempat memegang leher bagian belakang Brigadir J lalu mendorong korban hingga korban berada di depan tangga dan berhadapan dengan Sambo.
Saat itu yang hadir dan menyaksikan proses eksekusi Brigadir J adalah Ferdy Sambo, Bharada E, Ricky Rizal alias Bripka RR dan Kuat Ma'ruf alias KM.
Putri Candrawathi alias PC saat itu berada di dalam kamar yang jaraknya tiga meter dari TKP.
"Saksi Ferdy Sambo langsung mengatakan kepada korban Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan perkataan 'jongkok kamu!!', lalu korban Nofriansyah Yosua Hutabarat sambil mengangkat kedua tangannya menghadap ke depan sejajar dengan dada sempat mundur sedikit sebagai tanda penyerahan diri dan berkata 'ada apa ini?'," jelas JPU.
Tanpa menjawab pertanyaan Brigadir J, Sambo langsung memerintahkan Bharada E untuk menembak korban.
"Woy! Kau tembak! Kau Tembak cepat!! Cepat woy kau tembak!!," ucap Sambo ke Bharada E saat kejadian.
JPU berpendapat, seharusnya Sambo memberikan kesempatan untuk Brigadir J menjawab atau memberikan klarifikasi.
Baca juga: Jaksa Sebut PC Minta Ferdy Sambo Jaga Rahasia soal Kasus Pelecehan karena Takut Brigadir J
TribunWow.com/Via/Anung)