TRIBUNWOW.COM - Tentara Rusia yang baru-baru ini dimobilisasi mengecam kondisi tidak manusiawi yang diterima.
Dilansir TribunWow.com, mereka mengaku kekurangan senjata dan mendapat perlakuan buruk oleh petugas Rusia yang berjaga di pos-pos di Ukraina.
Kabar ini beredar setelah sebuah video kesaksian diterbitkan oleh situs berita independen The Insider pada Rabu (5/110/2022) lalu.
Baca juga: AS Bongkar Cara Kotor Tentara Bayaran Rusia Cari Uang di Afrika untuk Biayai Konflik Ukraina
Dalam rekaman tersebut rekrutan baru tentara wajib militer terpaksa harus tidur di lantai.
Mereka dipersenjatai dengan senapan usang dan diperintahkan untuk membawa persediaan mereka sendiri.
Sekitar 500 tentara berkumpul di wilayah Belgorod Rusia barat dekat perbatasan Ukraina tanpa pelatihan dan tanpa pengetahuan tentang di mana mereka dikerahkan.
"Tidak ada yang membutuhkan kita," kata suara orang yang berada di balik kamera seperti dikutip The Moscow Times, Jumat (7/10/2022).
"Kami telah hidup dalam kondisi seperti hewan selama seminggu," keluhnya.
Baca juga: Sebut Putin Biang Kerok Kekalahan di Ukraina, Pensiunan Tentara Rusia: Kita Tidak Bisa Menang
Ia menambahkan bahwa para tentara tidak menerima dukungan materi atau kompensasi finansial sejak dikirim wajib militer.
"Kami telah menghabiskan jumlah uang yang tidak masuk akal hanya untuk memberi makan diri kami sendiri, belum lagi untuk amunisi," ucap pria tersebut.
The Insider melaporkan sebelumnya bahwa istri tentara terpaksa menghabiskan sebanyak $ 2.500 untuk membiayai suami mereka.
Sebuah situs web yang dibuat untuk menjawab pertanyaan tentang mobilisasi menyatakan bahwa mewajibkan tentara untuk membeli peralatan mereka sendiri dinyatakan ilegal.
Situs web yang sama meminta tentara untuk membawa kacamata night vision dan drone mereka sendiri ke medan perang.
Yury Shvytkin, wakil ketua Komite Pertahanan Duma Negara, mengatakan pada hari Kamis, bahwa dia telah meminta kantor kejaksaan militer dan Komite Investigasi untuk menyelidiki insiden tersebut.
Di sisi lain, analis militer Barat telah memperkirakan bahwa ketergesaan Rusia untuk mengerahkan rekrutan baru ke garis depan justru bisa menimbulkan kerugian besar.