TRIBUNWOW.COM - Seorang petugas militer Siberia, bagian negara yang dikuasai Rusia, telah ditembak dan terluka parah selama menangani wajib militer untuk dikirim ke Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, otoritas regional Rusia mengatakan peristiwa ini terjadi pada Senin (26/9/2022) di di kota Ust-Ilimsk, Irkutsk.
Hingga saat ini, protes melawan ketentuan wajib militer terus terjadi hingga mendorong Rusia untuk mengakui adanya kesalahan dalam proses tersebut.
Baca juga: 5 Bulan Disiksa dan Hampir Dieksekusi Rusia, Warga Inggris yang Bela Ukraina Ungkap Peran Abramovich
Rekaman mengerikan dari kantor perekrutan militer wilayah Irkutsk menunjukkan seorang pria berseragam menembak seorang pria lain secara langsung.
Dalam video yang juga dibagikan Instagram @voaindonesia, Selasa (27/9/2022) tersebut, tampak para hadirin berhamburan dari aula pertemuan.
Sang perekam yang awalnya ingin menunjukkan kondisi di tempat pengumpulan wajib militer tersebut ikut berteriak panik dan berlari keluar.
Dikutip The Moscow Times, Senin (26/9/2022), penembakan itu menandai salah satu contoh paling dramatis dari kemarahan publik atas wajib militer yang dicanangkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memenuhi kuota 300 ribu tentara cadangan guna bertempur di Ukraina.
Igor Kobzev, gubernur wilayah Irkutsk, 5.000 kilometer timur Moskow, mengatakan kepala perwira Alexander Yeliseyev terluka parah dan sekarang berjuang untuk hidupnya sebagai akibat dari penembakan itu.
Kini penembak tersebut ditahan di kantor perekrutan di kota Ust-Ilim, Irkutsk.
Baca juga: Melawan Putin, Kadyrov Tolak Wajib Militer Rusia, Klaim Telah Banyak Kirim Tentaranya ke Ukraina
Media lokal yang memiliki hubungan dekat dengan dinas keamanan Rusia mengidentifikasi penembak sebagai warga lokal Ruslan Zinin, yang berusia 25 tahun.
Ibu Zinin, Marina Zinina, mengatakan kepada situs berita independen Astra bahwa Zinin sangat kecewa karena temannya yang tidak memiliki pengalaman militer menerima panggilan wajib militer.
Padahal, pihak berwenang sebelumnya berjanji untuk hanya merekrut tentara cadangan yang berpengalaman tempur.
"Ruslan sendiri tidak menerima panggilan, tapi sahabatnya menerimanya kemarin," kata Zinina.
Seorang saksi mata yang berbicara dengan saluran Telegram Bratchane, yang berbasis di Irkutsk, memberikan keterangan.
Ia melihat penembak menerobos masuk ke aula pertemuan dengan senapan dan berteriak 'Tidak ada yang pergi ke mana pun' sebelum mengamuk.