Menurutnya, MAH tak punya kemampuan sebagai peretas, karena hanya menamatkan pendidikan hingga SMA dan tak sempat kuliah.
Terlebih menurut Prihatin, putranya itu hanya punya sebuah ponsel dan tidak memiliki perangkat komputer.
"Di rumah juga tidak punya komputer, kita orang tidak punya. Untuk makan sehari-hari saja repot," kata Prihatin, Kamis (16/9/2022) dikutip dari Tribun Jatim.
Menurut Prihatin, keseharian MAH dihabiskan dengan berjualan minuman dingin di Desa Pintu, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Ia juga tidak pernah mengetahui anaknya bepergian keluar kota.
Sementara sang ayah, Jumanto (54), sehari-hari bekerja sebagai buruh tani.
"Sudah dua tahun (berjualan minuman dingin), ikut orang (jadi karyawan)," kata Prihatin.
Prihatin pun berharap anaknya bisa segera pulang dan dibebaskan.
"Ya harapannya anak saya bisa cepat pulang saja," pungkasnya.
Baca juga: Pasrah Ditangkap Polisi, Pria Madiun Diduga Hacker Bjorka Hanya Ambil Sajadah dan Sarung
Pemerintah Kantongi Identitas Bjorka
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengklaim pemerintah telah mengantongi identitas dari peretas Bjorka.
Tak hanya mengantongi identitas, Mahfud juga mengklaim pemerintah telah mengetahui keberadaan Bjorka.
Meski demikian, Mahfud mengatakan identitas hacker tersebut belum bisa diungkap ke publik.
"Kita terus menyelidiki karena sampai sekarang ini memang gambaran pelakunya sudah teridentifikasi dengan baik oleh BIN dan Polri, tetapi belum bisa diumumkan."
"Gambaran siapa dan di mananya itu kita sudah punya alat untuk melacak itu semua,” kata Mahfud, Rabu (14/9/2022) dikutip dari Kompas.com.