"Kang, berapa ini?," tanya Ridwan Kamil.
"Aduh, subhanallah Kang Emil," seru sang penjual lukisan kaget.
"Mirip sama Gubernur," canda Ridwan Kamil menunjuk sketsa wajahnya.
"Berapa ini harganya?"
"Sudah pak, bawa saja," jawab sang pelukis.
"Eh, jangan gitu," sahut Ridwan Kamil.
Ia kemudian melanjutkan perjalanannya dan tak lupa membalas sapaan ramah semua warga yang ditemui.
Di kolom keterangan, Ridwan Kamil menuliskan pentingnya penyediaan jalur trotoar untuk pejalan kaki.
"JALAN KAKI ADALAH TERAPI,
Bagi saya jika sudah suntuk, melihat dunia bergerak, berinteraksi dengan warga, melihat keindahan dunia dalam jarak dekat, ngobrol dengan pelaku ekonomi jalanan, semuanya membawa rasa bahagia.
Karenanya penting para kepala daerah memperbaiki kualitas kehidupan kotanya.
Sesederhana memperbaiki trotoar sehingga nyaman, apalagi trotoar yang ada ruang usaha/retail/cafe/warung di lantai dasarnya.
Sehingga kata Jane Jacobs terjadi fenomena positif yaitu budaya 'eyes on the street', yaitu saling jaga.
Secara visual pegawai toko menjaga para pejalan kaki.
Dan pejalan kaki secara visual juga menjaga toko-toko nya juga.
Ruang publik terbesar dan terpenting itu bukanlah alun-alun tapi trotoar yang lebar.
Great city is a walkable city," tulis Ridwan Kamil.(TribunWow.com/Via)