"Krisis bergerak di sepanjang lintasan yang sangat mulus," kata Evgeny Suvorov, ekonom utama Rusia di CentroCredit Bank.
Pada hari Jumat, bank sentral menerbitkan rancangan prospek kebijakannya untuk tiga tahun ke depan, memperkirakan ekonomi akan memakan waktu hingga 2025 untuk kembali ke tingkat pertumbuhan potensial 1,5 persen-2,5 persen.
Proyeksi bank untuk 2022-2024 tetap tidak berubah, dengan perkiraan PDB masing-masing menyusut 4% -6% dan 1% -4% tahun ini dan berikutnya.
Laporan itu juga mencakup apa yang disebut skenario risiko di mana kondisi ekonomi global semakin memburuk dan ekspor Rusia mendapat sanksi tambahan.
Jika itu terjadi, kemerosotan ekonomi Rusia tahun depan mungkin lebih dalam daripada selama krisis keuangan global pada tahun 2009 dan pertumbuhan baru akan dilanjutkan pada tahun 2025.
Tanggapan oleh pihak berwenang sejauh ini telah memastikan pendaratan yang lebih lembut untuk ekonomi yang diperkirakan analis pada satu titik akan berkontraksi 10% pada kuartal kedua.
Ekonom dari bank termasuk JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc., telah meningkatkan pandangan mereka dan sekarang melihat output turun sedikitnya 3,5% dalam setahun penuh.
Meski begitu, Bank of Russia memperkirakan PDB akan menyusut 7% pada kuartal ini dan bahkan mungkin lebih dalam tiga bulan terakhir tahun ini.
Di sisi lain, kebuntuan atas pengiriman energi ke Eropa menimbulkan risiko baru bagi perekonomian.
Penurunan bulanan dalam produksi minyak akan dimulai segera pada bulan Agustus, menurut Badan Energi Internasional, yang memperkirakan produksi minyak mentah Rusia akan turun sekitar 20% pada awal tahun depan.
"Kemerosotan pada tahun 2022 akan kurang dalam dari yang diharapkan pada bulan April," kata bank sentral dalam sebuah laporan tentang kebijakan moneter bulan ini.
“Pada saat yang sama, dampak guncangan pasokan mungkin lebih lama dari waktu ke waktu.”
Baca juga: Pangkalan Udara Rusia di Krimea Diserang, Ukraina Angkat Tangan Bantah Pasukan Zelensky Terlibat
Invasi Rusia Diklaim Mulai Goyah
Menteri pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan Rusia tidak mungkin berhasil menduduki Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, hal ini dikarenakan negara-negara Barat telah menjanjikan 1,5 miliar euro (Rp 22,6 triliun) lebih untuk membantu meningkatkan militer Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.