Konflik Rusia Vs Ukraina
Eks Panglima Tertinggi Sekutu NATO Sebut Konflik Rusia-Ukraina Mirip Perang Korea, Ini Penjelasannya
Eks Panglima Tertinggi Sekutu NATO James Stavridis mengatakan perang Rusia-Ukraina kemungkinan akan berakhir dalam empat hingga enam bulan.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina disebut kemungkinan akan berakhir dalam empat hingga enam bulan.
Bahkan, konflik Rusia dan Ukraina disebut memiliki resolusi yang mirip dengan Perang Korea pada 1950-an.
Dilansir Kompas.com, hal itu disampaikan Mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO James Stavridis kepada pembawa acara John Catsimatidis di stasiun berita WABC.
"Saya melihat yang satu ini (Perang Rusia-Ukraina) seperti menuju akhir Perang Korea, yaitu gencatan senjata. Ada zona militer antara kedua belah pihak, permusuhan yang berkelanjutan, semacam konflik yang membeku,” kata Stavridis.
Baca juga: Diduga Berkhianat dan Bekerja Sama dengan Rusia, Kepala Intelijen dan Jaksa Agung Ukraina Dipecat
Kondisi itu menurutnya bisa terlihat dalam empat hingga enam periode bulan, dengan konflik telah menjadi "buntu di kedua sisi."
“Tidak ada pihak yang dapat mempertahankannya lebih dari itu," tambahnya sebagaimana dilansir Newsweek pada Minggu (17/7/2022).
"Ukraina melakukan perlawanan yang sangat kuat. Rencana perang Putin terbukti tidak terlalu efektif. Dia telah mendapatkan sedikit wilayah atas konflik yang dia mulai," kata Stavridis
Awal pekan ini, para pejabat di Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan senjata yang dipasok AS ke Ukraina memiliki "dampak signifikan" terhadap pasukan Rusia.
Baca juga: Curhat Ibu Tentara di Rusia saat Tahu Anaknya Tewas di Ukraina, Ngaku Benci Putin, Ingin Hal Ini
Seorang pejabat Pentagon mengatakan kepada wartawan pada Jumat (15/7/2022) bahwa Ukraina "menghabiskan banyak waktu untuk menyerang target seperti amunisi, pasokan, pasokan logistik lainnya, komando dan kontrol."
Pada Minggu (17/7/2022), Rusia mengklaim tentang menghancurkan senjata NATO dalam serangan.
Kementerian pertahanannya mengatakan telah menghancurkan sebuah gudang yang menyimpan rudal Harpoon dan sebuah kendaraan dengan HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi), menurut kantor berita negara TASS.
Newsweek yang melaporkan berita ini telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Rusia dan Kementerian Luar Negeri Ukraina untuk memberikan komentar.
Stavridis sebelumnya menilai Rusia telah menunjukkan "ketidakmampuan yang luar biasa" selama perang setelah negara itu kehilangan beberapa jenderalnya.
"Dalam sejarah modern, tidak ada situasi yang sebanding dengan kematian para jenderal," katanya pada awal Mei.
Pekan lalu, para pejabat Inggris mengatakan bahwa ketika Rusia mengumpulkan bala bantuan di dekat Ukraina, banyak pasukannya dilengkapi dengan peralatan yang "usang atau tidak kayak."