TRIBUNWOW.COM - Peretas RaHDIt Rusia mengatakan kantor kepresidenan Kyiv telah berperan membantu Moskow menangkap kelompok Ukraina di dekat Mariupol
Dilansir TribunWow.com, secara tidak langsung pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diklaim telah membuat pasukannya ditahan karena instruksinya sendiri.
Seperti dilaporkan media Rusia RIA Novosti, Selasa (12/7/2022), perwakilan kelompok peretas RaHDIt menyebut ada alasan mengapa pengepungan sekelompok besar pasukan Ukraina di dekat Mariupol menjadi mungkin.
Baca juga: Serangan Ukraina Ingatkan pada Bom Atom Hiroshima-Nagasaki, Pejabat Kherson Pro-Rusia: Kami Terkejut
Sumber anonim itu mengatakan bahwa hal ini dinilai berkaitan dengan instruksi ketat Kyiv untuk tidak menyerahkan kota itu.
"Perwakilan Staf Umum menawarkan (Ukraina-red) untuk mundur dari Mariupol, untuk menarik pasukan," ujar sang peretas.
"Dan ketika mereka dilarang melakukan ini, akibatnya, selain batalyon nasionalis Azov, marinir dan pertahanan datang ke Azovstal, dan siapa pun yang ada di sana, mereka semua dikepung semata-mata karena kantor presiden mengatakan bahwa tidak akan pernah ada mundur dari Mariupol," terangnya.
Menurut peretas RaHDIt tersebut, dari sudut pandang militer, para prajurit berpendapat bahwa hal ini sesungguhnya tidak pantas.
"Anda tidak dapat melakukannya, tetapi kantor presiden memutuskan secara berbeda. Tetapi dari Lysychansk, militer tetap berhasil meyakinkan para pemimpin mereka untuk pergi," kata peretas Rusia itu.
Baca juga: Klaim Iran akan Kirim Drone ke Rusia, AS Sebut Ada Pelatihan Khusus untuk Serang Ukraina
Selain itu, kelompok tersebut juga membeberkan bahwa rencana operasional Kementerian Pertahanan Ukraina dikembangkan oleh penasihat asing.
Bahkan kelompok gabungan peretas Rusia RaHDIt dan peretas Ukraina Beregini mengklaim telah memiliki informasi tentang orang-orang yang terlibat.
"Penasihat asing mengembangkan rencana operasional dan taktis, dan sistem pelatihan, dan sistem pelatihan tempur, ini adalah fakta yang jelas yang diungkapkan oleh kelompok Beregini,"ujar sumber tersebut.
"Mereka memiliki informasi yang sangat bagus bahwa, antara lain, pasukan operasi khusus Ukraina yang datang untuk berlatih, tidak hanya orang Amerika, tetapi juga dari hampir semua negara NATO, di mana mereka diberikan surat ucapan terima kasih, dan semua informasi ini diterima. Ada informasi tentang orang-orang ini," imbuhnya.
Sempat Ngotot Bertahan, Komandan Azov Ukraina Perintahkan Menyerah
Pasukan Ukraina yang menjadi pertahanan terakhir dari Rusia di Mariupol, telah diperintahkan untuk menyerah.
Resimen Azov kini diinstruksikan untuk mengutamakan nyawa penduduk dan para tentaranya.
Setelah dibombardir selama berminggu-minggu, tampaknya pihak Ukraina memilih untuk mundur dari pertempuran tersebut.
Baca juga: Kembali Evakuasi Warga Ukraina di Pabrik Baja Azovtal, Sekjen PBB: Mengeluarkan Orang dari Neraka
Menurut pernyataan video dari Denys Prokopenko, komandan resimen Azov, pihaknya telah melakukan evakuasi dari pabrik baja Azovtal.
Kompleks pabrik metalurgi tersebut telah menjadi markas pertahanan para tentara dan penduduk yang mengungsi.
Namun setelah berminggu-minggu diblokade oleh tentara Presiden Rusia Vladimir, akhirnya para warga berhasil dibebaskan dengan campur tangan PBB.
Resimen juga mengatakan warga sipil dan tentara yang terluka parah telah diungsikan, sementara mereka yang tewas di sana masih berusaha dipindahkan.
"Kami terus-menerus menekankan tiga kondisi terpenting bagi kami: warga sipil, orang yang terluka dan tewas," kata Prokopenko dikutip TribunWow.com dari Sky News, Sabtu (21/5/2022).
"Warga sipil telah diungsikan. Yang terluka parah menerima bantuan yang diperlukan dan mereka dievakuasi, untuk kemudian ditukar dan dikirim ke wilayah yang dikuasai Ukraina."
Dia menambahkan bahwa di masa depan dia berharap para kerabat dapat mengubur tentara mereka dengan cara terhormat.
Diketahui, menurut pejabat Rusia, lebih dari 1.700 tentara penjaga di pabrik baja Azovtal telah menyerah sejak Senin (16/5/2022).
Mariupol telah menjadi target utama Putin sejak perang dimulai dan kota itu telah hancur setelah diserang rentetan serangan.
Pada satu titik, diperkirakan ribuan orang berlindung di bawah pabrik, termasuk ratusan warga sipil.
Sebelum perang, Mariupol memiliki populasi sekitar 400.000 jiwa, tetapi jumlah ini telah turun drastis menjadi kurang dari seperempatnya.
Mereka yang tersisa menghadapi perjuangan sehari-hari dengan kekurangan makanan, air bersih, dan listrik yang parah.
Pasalnya, bantuan belum dapat mencapai kota sementara upaya mengevakuasi warga sipil sangat sulit dilakukan di tengan kepungan Rusia.
Mengambil Mariupol sebagai kota pelabuhan yang penting secara strategis akan memberi Rusia kesuksesan besar pertamanya dalam perang.
Intelijen militer Inggris mengatakan hari ini Rusia kemungkinan akan lebih memperkuat operasinya di Donbas setelah akhirnya mengamankan kota pelabuhan selatan.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina