Konflik Rusia Vs Ukraina

Rahasia Ukraina Terbongkar, Hacker Rusia Publikasikan Ribuan Identitas Agen Intelijen Kiev

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang juru bicara kelompok hacker asal Rusia RaHDIt, mengaku temukan adanya fakta perselisihan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan pihak militernya, Rabu (8/6/2022). Terbaru, hacker RaHDIt membobol website pemerintah Ukraina dan mempublikasikan data rahasia agen-agen intelijennya, Rabu (6/7/2022).

TRIBUNWOW.COM - Kelompok peretas RaHDIt Rusia dilaporkan telah mempublikasikan ribuan data pribadi petugas intelijen Ukraina.

Dilansir TribunWow.com, komunitas itu menerbitkan di sebuah domain publik, data dari ribuan karyawan Direktorat Intelijen Utama (GUR) departemen militer Ukraina.

Seperti dikutip dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (6/7/2022), sebuah komentar dilampirkan dalam kolom keterangan publikasi tersebut.

Baca juga: Sempat Buat Putin Mengamuk, Kini Lithuania Diserang Hacker Rusia Buntut Pemblokiran ke Kaliningrad

Dicatat bahwa data tersebut berhasil diperoleh akibat kelemahan dalam perlindungan jaringan Direktorat Pusat Direktorat Intelijen Utama di Pulau Rybalsky di Kiev.

Selain itu, keberhasilan metode untuk menganalisis data besar sesuai dengan pola karakteristik perilaku pengguna, membantu untuk membentuk basis data tersebut.

Tulisan itu juga menjelaskan bahwa ini adalah materi pertama dalam serangkaian publikasi berkelanjutan nantinya.

Adapun di antara petugas intelijen yang diungkapkan adalah perwakilan dari kediaman kedutaan di Rusia, India, Austria, Vietnam, Afrika Selatan, Italia, Turki, Iran.

Termasuk juga dalam daftar adalah data kurator intelijen militer di Polandia, Hongaria, Bulgaria dan Slovakia, serta instruktur dalam sabotase dan perwakilan pasukan khusus untuk melakukan penyamaran dan intelijen kekuatan.

Ilustrasi hacker. Peretas Rusia membobol data rahasia Ukraina dan mengunggah identitas agen rahasianya, Rabu (6/7/2022). (THINKSTOCKPHOTOS)

Baca juga: Miliarder Rusia Kembali Ditemukan Tewas Misterius, Keterlibatan Putin dan Pengikutnya Dipertanyakan

Sejak awal operasi khusus di Ukraina, ini adalah kebocoran terbesar data intelijen Ukraina yang pertama kali terjadi.

Pada bulan Juni, kelompok peretas RaHDIt mempublikasikan data 700 karyawan Layanan Keamanan Ukraina.

Pada awal operasi khusus, kelompok ini secara bersamaan meretas semua 755 situs web pemerintah Ukraina, khususnya, situs web otoritas lokal di seluruh negeri menjadi sasaran serangan peretas.

Di sisi lain, dalam portal grupnya, peretas NemeZida turut menerbitkan informasi tentang lebih dari 11 ribu pendukung formasi nasionalis Ukraina.

Hacker Rusia Bongkar Perseteruan Zelensky dengan Militer Ukraina

Sebelumnya, Hacker RaHDIt menemukan adanya perselisihan antara kantor Presiden Ukraina Zelensky dan Angkatan Bersenjata negaranya.

Ketidaksepakatan muncul antara kantor Presiden dengan komando militer itu bahkan sampai merujuk ke perilaku saling bermusuhan.

Adapun konflik yang terjadi itu diduga didorong karena adanya perbedaan pendapat dari kedua pihak.

Mengenakan rompi antipeluru, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilik bangunan yang hancur di Kharkiv dan sekitarnya, tempat pasukan Rusia mundur dalam beberapa pekan terakhir, Minggu (29/5/2022). (Layanan Pers Kepresidenan Ukraina)

Baca juga: Piawai Kendalikan Drone, Bocah 15 Tahun Jadi Pahlawan Ukraina atas Jasanya Hancurkan Konvoi Rusia

Pernyataan ini disampaikan seorang peretas dari kelompok RaHDIt kepada media Rusia RIA Novosti dengan syarat anonim.

Pria berkaus abu-abu itu hanya bersedia berbicara melalui rekaman video yang menampilkan belakang kepalanya.

Sebagai informasi, pada awal invasi Rusia, kelompok ini telah meretas 755 situs web pemerintah Ukraina.

Juru bicara kelompok RaHDIt itu pun menerangkan bahwa dua kubu pemerintah Ukraina itu sering bersilang argumen.

"Kami memahami bahwa, ya, mereka secara alami memiliki beberapa perbedaan pendapat. Misalnya, militer percaya bahwa perlu untuk mundur di suatu tempat dari sudut pandang kemanfaatan militer. Kantor presiden menegaskan bahwa ini tidak boleh dilakukan dalam keadaan apa pun, tidak perlu," terang pria tersebut dilansir TribunWow.com, Rabu (8/6/2022).

Menurut dia, hal ini mengakibatkan banyaknya tentara tewas, yang justru mengurangi popularitas politisi Ukraina di antara pasukan.

Namun, pihak berwenang Kyiv diklaim telah berhati-hati menyembunyikan informasi tentang kerugian tersebut.

Dia mengungkit situasi di Mariupol, ketika nasionalis dan tentara marinir, serta garda nasional Ukraina, dikepung pasukan Rusia.

"Kalau mereka mundur dari Mariupol, mereka tidak akan dikepung dan ditawan. Tapi ada perintah dari kantor Presiden bahwa kita pasti harus bertahan sampai akhir, ini kemauan politik, Mariupol adalah kota landmark. Itu berakhir dengan mereka yang tidak meninggal, (tapi hanya) ditawan," kata sumber itu.

Peretas itu menambahkan sekarang di beberapa sektor di garis depan, prajurit Ukraina memilih mundur meninggalkan pemukiman.

Mereka dikatakan mulai menyadari bahwa kepentingan militer masih lebih diutamakan daripada politik.

"Mereka memiliki sudut pandang yang berbeda tentang pelaksanaan operasi di daerah Severodonetsk dan Lysychansk," kata juru bicara itu.

"Militer melanjutkan dari kebijaksanaan bahwa perlu untuk mundur, menyamakan kedudukan."

"(Tetapi) kepemimpinan politik percaya bahwa ini akan berdampak negatif pada moral di negara ini, mereka tidak akan dapat menjelaskan mengapa mereka mundur."(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina