Konflik Rusia Vs Ukraina

Hancurkan Kantor Polisi hingga Apartemen, Rusia Membabi Buta Bombardir 2 Kota di Timur Ukraina

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan serangan pasukan militer Rusia ke Severodonetsk, Ukraina. Terbaru, setelah Severodonetsk, Rusia kini menyerang Lysychansk.

TRIBUNWOW.COM - Seusai menyerang Severodonetsk, pasukan militer Rusia kini mulai melakukan bombardir di dua kota kembar Ukraina yakni Lysychansk yang juga berada di Donbas.

Dalam serangan ini diketahui timbul korban jiwa karena pasukan Rusia menyerang secara membabi buta.

Dikutip TribunWow.com dari themoscowtimes.com, info serangan ini disampaikan oleh Gubernur Luhansk, Sergiy Gaiday, Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Rusia Ngaku Dikirimi Inggris Pesan Bernada Arogan terkait Nasib 2 Tentara Sukarelawan di Ukraina

"Mereka menghancurkan semuanya di sana...Mereka menghancurkan bangunan dan sayangnya ada korban jiwa," kata Gaiday.

Apabila Lysychansk berhasil dikuasai Rusia, Rusia akan semakin mudah menguasai seluruh Luhansk.

Serangan di Lysychansk diketahui mengenai kantor polisi hingga blok apartemen.

Pada Senin (20/6/2022) kantor polisi di Lysychansk terkena serangan pasukan Rusia menyebabkan 20 aparat luka-luka.

Sejumlah wilayah di Ukraina saat ini telah berada di bawah kekuasaan pasukan militer Rusia.

Diketahui di wilayah Ukraina yang saat ini dikuasai Rusia masih terdapat perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari skynews, satu dari beberapa perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina terjadi di Kherson.

Meskipun dilakukan di dalam wilayah musuh, perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina memiliki pengaruh yang tak dapat diremehkan.

Laporan dari Institut Studi Perang di Inggris menjelaskan, perlawanan yang dilakukan Ukraina menyebabkan Rusia sulit mengkonsolidasikan kekuatan di wilayah yang baru saja mereka kuasai.

Pendapat yang sama turut disampaikan oleh Letjen Purnawirawan tentara Amerika Serikat (AS), Mark Hertling.

Hertling mengatakan perlawanan yang dilakukan oleh Ukraina di wilayah kekuasaan musuh akan memiliki dampak yang nyata.

Baca juga: AS dkk Sindir Rusia soal Ukraina saat Pertemuan G20 di Yogyakarta, Menteri Putin Langsung Bereaksi

Sinyal Rusia akan Invasi Wilayah Lain

Media asal Inggris Sky News memberitakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin diduga telah mengeluarkan sinyal akan memperluas invasi tak hanya di Ukraina saja.

Sinyal ini terlihat saat Putin hadir sebagai pembicara di acara perayaan kelahiran Kaisar Rusia, Peter yang Agung pada Kamis (9/6/2022).

Putin awalnya menceritakan sekilas perang utara raya yang dimulai oleh Peter yang Agung.

Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri acara perayaan lahirnya Kaisar Rusia Peter yang Agung, Kamis (9/6/2022). (YouTube The Guardian)

Perang tersebut diketahui berlangsung hingga 21 tahun antara Kekaisaran Rusia melawan Swedia.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Putin menyebut bahwa dalam perang tersebut Peter yang Agung tidak merampas apapun dari Swedia.

Putin menyebut Peter yang Agung mengembalikan yang dimiliki oleh Rusia.

Kemudian Putin membandingkan perang yang dulu dilakukan oleh Peter yang Agung dengan konflik di Ukraina saat ini.

"Rupanya itu juga terjadi kepada kita untuk mengembalikan (apa yang dimiliki Rusia) dan memperkuatnya (negara Rusia)," kata Putin sembari tersenyum.

Putin meyakini jika Rusia bergerak maju dengan nilai-nilai dasar tersebut maka rintangan apapun akan dapat diselesaikan.

Putin selanjutnya menjelaskan mustahil untuk membangun pagar mengelilingi Rusia.

"Dan kita tidak berniat untuk membangun pagar tersebut," ujar Putin.

Baca juga: Organisasi Ini Temukan Bukti Jurnalis Ukraina Dieksekusi Mati Tentara Rusia di Awal Konflik

Filantropis veteran internasional menyebut invasi Rusia ke Ukraina berpotensi menjadi awal dari perang dunia ketiga.

Perang dahsyat itu disinyalir bisa berarti akhir dari peradaban dunia.

Ia memberikan peringatan bahwa dunia tak akan mungkin selamat jika hal itu benar-benar terjadi.

Hal ini disampaikan pebisnis kenamaan dan mantan pemodal George Soros di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Ia menilai bahwa perang yang terjadi di Ukraina bisa menyebabkan ekskalasi pertempuran internasional.

"Invasi itu mungkin merupakan awal dari perang dunia ketiga dan peradaban kita mungkin tidak akan selamat darinya," kata Soros dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Rabu (25/5/2022).

"Invasi ke Ukraina tidak datang tiba-tiba. Dunia semakin terlibat dalam perjuangan antara dua sistem pemerintahan yang bertentangan satu sama lain: masyarakat terbuka dan masyarakat tertutup."

Merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, Soros juga memperingatkan bahwa rezim otokratis sedang berkuasa dan ekonomi global sedang menuju depresi.

Mantan pemilik hedge fund berusia 91 tahun itu mengatakan gelombang mulai berbalik melawan masyarakat terbuka setelah serangan teroris 9/11 di AS pada tahun 2001.

"Rezim represif sekarang sedang berkuasa dan masyarakat terbuka dikepung. Hari ini China dan Rusia menghadirkan ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka," ujar Soros.

Namun, Soros mengatakan Eropa telah merespons dengan baik krisis yang dipicu oleh invasi Rusia.

"Butuh waktu lama untuk menyelesaikan detailnya, tetapi Eropa tampaknya bergerak ke arah yang benar. Ia telah menanggapi invasi Ukraina dengan kecepatan, persatuan, dan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya dalam sejarahnya," puji Soros.

Soros, yang telah menjadi sosok yang dibenci kelompok sayap kanan di AS, juga mengecam keras mantan kanselir Jerman Angela Merkel karena menjaga hubungan baik dengan Moskow dan Beijing.

"Tetapi ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia tetap berlebihan, sebagian besar karena kebijakan merkantilis yang ditempuh oleh mantan kanselir Angela Merkel," tuding Soros.

"Dia telah membuat kesepakatan khusus dengan Rusia untuk pasokan gas dan menjadikan China pasar ekspor terbesar Jerman. Itu membuat Jerman menjadi ekonomi berkinerja terbaik di Eropa tetapi sekarang ada harga yang harus dibayar."

"Ekonomi Jerman perlu direorientasi. Dan itu akan memakan waktu lama." (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina