TRIBUNWOW.COM - Mendapat dukungan dari sejumlah pimpinan Uni Eropa, Ukraina saat ini tinggal menunggu keputusan sebelum resmi menjadi anggota Uni Eropa (UE).
Komisi Eropa diketahui telah memberikan rekomendasi untuk memberikan status kandidat kepada Kyiv di aliansi UE.
Dikutip TribunWow.com dari aljazeera.com, sementara itu seorang pejabat di Rusia justru menilai Ukraina tidak pantas bergabung dengan Uni Eropa.
Baca juga: Zelensky Peringatkan Rusia akan Semakin Brutal Serang Ukraina karena Alasan Ini: Jelas Sekali
Baca juga: Pernah Tembakkan 200 Peluru ke Tentara Rusia Seharian Penuh, Ini Curhatan Pasukan Artileri Ukraina
Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Parlemen Rusia, Viacheslav Volodin.
Volodin menyebut terjadi korupsi besar-besaran di Ukraina, kasus kriminal merajalela, oligarki berkuasa hingga kondisi ekonomi hancur.
"Eropa memahami ini dengan sangat baik," ujar Volodin.
Menurut keterangan Volodin, Uni Eropa siap memberikan Ukraina status kandidat karena Amerika Serikat (AS) dan Belgia ingin konflik terus berlangsung.
"Besok minggu bersejarah dimulai. Ada beberapa keputusan yang menentukan untuk Ukraina," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dalam pidato video rutin pada Minggu malam, (19/6/2022).
"Dan dalam minggu seperti itu, kita harus memprediksi aktivitas permusuhan yang lebih besar dari Rusia. Dan tidak hanya melawan Ukraina, tetapi juga melawan negara-negara Eropa lainnya."
"Kami sedang mempersiapkan. Kami siap. Kami memperingatkan para sekutu."
Diketahui, para pemimpin Eropa akan bertemu minggu ini untuk memberikan keputusan akhir mereka mengenai aplikasi keanggotaan jalur cepat Ukraina.
Meskipun begitu, presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan Moskow tidak menentang langkah tersebut.
Zelensky turut meyakini pasukan militer Rusia akan semakin intensif melakukan serangan pada minggu ini.
Bukan tanpa alasan, Zelensky mengatakan semua ini karena kemungkinan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa semakin besar.
"Sudah jelas, minggu ini kita memperkirakan Rusia akan meningkatkan aktivitas serangan," ujar Zelensky, Minggu (19/6/2022).
"Kami bersiap, kami siap," ucapnya.
Para pimpinan Uni Eropa akan mempertimbangkan status keanggotaan Ukraina pada pertemuan tingkat tinggi di hari Kamis (23/6/2022) dan Jumat (24/6/2022) mendatang.
Sebagai informasi, jika nanti disetujui, proses Ukraina menjadi anggota resmi Uni Eropa membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk selesai.
Baca juga: Uni Eropa Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang Sengaja Biarkan Masyarakat di Dunia Kelaparan
Aliansi Tandingan dengan Polandia dan Inggris
Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov menyatakan aliansi Inggris, Polandia, dan Ukraina harus dibentuk sesegera mungkin.
Ia pun percaya bahwa blok tersebut harus diperluas lebih lanjut dengan merekrut negara sekutu lainnya.
Danilov pun mendesak agar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky segera menginisiasi gagasan ini.
Dikutip TribunWow.com dari Kyiv Post, Jumat (10/6/2022), pejabat tinggi keamanan Ukraina itu membuat pernyataan terkait selama telethon nasional beberapa hari lalu.
Ia menyebut Zelensky sebagai orang yang berwenang memutuskan adanya aliasi tersebut.
Danilov pun meminta agar sang Presiden bisa segera mengimplementasikan usulan tersebut sebagai upaya mempererat hubungan internasional di masa perang.
"Pertanyaan itu mungkin harus ditujukan kepada presiden negara kita, yang secara langsung menangani dan bertanggung jawab atas urusan luar negeri dan militer, menurut Konstitusi kita," kata Danilov.
"Saya mendukung persatuan ini dibuat sesegera mungkin. Selain itu, saya percaya (aliansi) itu harus diperluas sebanyak mungkin dan tidak terbatas pada tiga negara ini," imbuhnya.
Danilov juga mengaku senang melihat berita dari Inggris di mana Perdana Menteri Boris Johnson memenangkan mosi percaya.
Ia mencatat bahwa pemimpin pemerintah Inggris telah mendukung Ukraina di masa-masa yang paling sulit.
"Dia tetap di kantor. Ini adalah teman sejati negara kita, yang mendukung bangsa kita di masa-masa paling sulit, mendukung presiden kita," tutur Danilov.
Baca juga: Diminta Duduk di Kursi Pendek hingga Harus Mendongak, Eks PM Inggris Ngaku Pernah Dipermalukan Putin
Seperti diberitakan Ukrinform sebelumnya, pada 17 Februari 2022, Ukraina, Inggris, dan Polandia telah mengumumkan format kerja sama trilateral baru yang ditujukan untuk menanggapi ancaman keamanan Eropa dan memperkuat kerja sama ekonomi antar negara.
"Saya percaya bahwa poros baru London-Warsawa-Kyiv akan memberikan kontribusi penting untuk memperkuat wilayah Baltik-Laut Hitam dan menciptakan realitas geopolitik baru di bagian Eropa kita dalam perspektif sejarah," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
"Sistem aliansi kecil sudah dapat dengan cepat menyelesaikan masalah mendesak tertentu."
Kuleba menjelaskan bahwa anggota aliansi ini tidak memiliki masalah dengan pemahaman yang jelas tentang ancaman dan langkah-langkah yang diperlukan untuk melawannya secara efektif.
Adapun usulan ini muncul setelah NATO menangguhkan pendaftaran keanggotaan Ukraina.
Pasalnya, Rusia sangat menentang bergabungnya Ukraina dengan NATO dan bahkan menjadikan alasan tersebut untuk melakukan invasi 24 Februari.
Klaim Rusia Perang Lawan NATO di Ukraina
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyatakan hal kontroversial mengenai perang Rusia dan Ukraina.
Ia menyebut konflik tersebut sejatinya adalah perang antara Rusia dengan aliansi NATO.
Kadyrov pun mengecam negara-negara NATO dan menuntut permintaan maaf dari Barat.
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (18/5/2022), Kadyrov menuturkan pendapatnya soal perang Ukraina.
Ia terang-terangan mengatakan Rusia sedang bertempur melawan NATO.
"Hari ini kami tidak berperang melawan Ukraina, Bandera, kami berperang melawan NATO," kata Kadyrov, berbicara di acara maraton pendidikan New Horizons dari Komunitas Pengetahuan Rusia.
"NATO mempersenjatai mereka, Barat mempersenjatai mereka, tentara bayaran mereka ada di sana."
"Itulah mengapa tidak mudah bagi negara kita, tetapi ini adalah pengalaman yang sangat bagus. Kami akan membuktikan sekali lagi bahwa Rusia tidak dapat dikalahkan."
Di sisi lain, Kadyrov menyamakan tindakan NATO yang dituduhkannya sebagai praktik Satanisme.
Menurutnya, aliansi pakta pertahanan itu berusaha untuk menghapuskan budaya dan sejarah Rusia.
"Musuh utama negara kita adalah Satanisme. Dan mereka (negara-negara NATO - red.) melakukan segalanya untuk mencabik-cabik kita dan membunuh budaya kita, menghancurkannya sepenuhnya. Sehingga kita melupakan sejarah kita, pahlawan kita," kata Kadyrov.
"Kita melihat bagaimana mereka menghancurkan monumen di Ukraina dan di tempat lain. Di Polandia, apa yang mereka lakukan dengan duta besar? Ini adalah trik tidak manusiawi, ini adalah Setanisme."
Dia mencatat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tegas memilih kebijakan yang tepat.
Ia dielu-elukan telah mencegah penyebaran fenomena negatif semacam itu di Rusia.
Sementara itu, ketika berbicara di saluran TV Rossiya 24, Kadyrov meminta negara-negara Barat untuk meminta maaf kepada Rusia dan mencabut sanksi darinya.
Baca juga: Taklukkan Desa di Severodonetsk, Pasukan Rusia Sedikit demi Sedikit Kuasai Wilayah Ukraina
Diketahui, dengan latar belakang invasi Rusia di Ukraina, banyak negara Barat telah memperkenalkan beberapa paket pembatasan terhadap Rusia.
Sejumlah bank domestik terputus dari sistem SWIFT, Visa dan Mastercard berhenti melayani kartu bank Rusia di luar negeri, dan sejumlah perusahaan global mengumumkan penarikan mereka dari pasar Rusia.
"Kami tidak bisa dicampakkan dan bertekuk lutut. Mereka harus mengakui, meminta maaf, dan mencabut semua sanksi terhadap Rusia," tegas Kadyrov.
Kadyrov mencatat bahwa lebih dari 40 negara menentang Rusia, dan mereka berusaha menjatuhkan sanksi terhadap seluruh rakyat Rusia.(TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina