TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Menteri Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyinggung perihal hilangnya perbatasan wilayah Rusia.
Ia mengatakan wilayah perbatasan Ukraina sudah berubah setelah invasi Rusia.
Pernyataan ini pun disebut sebagai pertanda bahwa tujuan Rusia menyerang negara tetangganya adalah untuk menguasai wilayah dan memperlebar kekuasaan.
Diduga, Rusia ingin kembali melakukan pencaplokan seperti yang terjadi di Krimea pada 2014.
Baca juga: Kembali Kunjungi Ukraina, PM Inggris Boris Johnson Tawari Zelensky Program Pelatihan Militer Berikut
Baca juga: Presenter TV Amerika Bongkar Kebohongan Joe Biden soal Putin dan Konflik Rusia-Ukraina
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Jumat (17/6/2022), Zakharova mengatakan bahwa Ukraina tidak lagi ada di bekas perbatasannya.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News Arabia di sela-sela forum ekonomi SPIEF, ia menekankan bahwa ini adalah fakta yang jelas.
"Ukraina yang anda dan kami tahu di dalamnya, pada kenyataannya, perbatasannya yang sebelumnya, tidak ada lagi. Dan tidak akan ada lagi. Ini jelas," kata Zakharova.
Sebelumnya, mantan Presiden Rusia Dmytri Medvedev pernah mengatakan hal serupa.
Ia sempat mencibir Ukraina dengan mengatakan negara itu sudah tak akan ada lagi di peta dalam waktu dua tahun ke depan.
Ejekan ini juga ditujukan kepada Barat terutama Amerika yang selama ini aktif membantu negara Presiden Volodymyr Zelensky tersebut.
Ucapan ini dinilai menjadi isyarat genosida atau pelenyapan etnis Ukraina oleh Rusia yang kerap dituduhkan selama perang.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (15/6/2022), melalui unggahan di Telegram, Medvedev terang-terangan mengejek Barat dengan mengklaim bahwa Ukraina tidak akan ada lagi pada tahun 2024.
Mantan presiden Rusia tahun 2008 hingga 2012 yang kerap memberikan pernyataan kontroversial itu pun menyinggung soal krisis yang dialami Ukraina setelah invasi.
Ia menyebut negara tersebut bergantung dengan Barat untuk mendapat cadangan gas selama dua tahun.
Namun, Medvedev sangsi Ukraina masih akan ada dalam jangka waktu dua tahun ke depan karena invasi Rusia.