Ia kemudian menyoroti saat kedatangan empat pemimpin asing tersebut disambut oleh suara sirene serangan udara sebagai peringatan ancaman rudal Rusia.
"Empat pemimpin tiba di Kyiv hari ini bertepatan dengan dimulainya sirene serangan udara," sebut Zelensky.
"Rusia telah menciptakan latar belakang bagi semua orang untuk mendengar sirene ini untuk menciptakan suasana tegang. Tapi tidak ada yang takut."
Zelensky juga sempat mengucapkan terima kasih kepada Kanselir Jerman atas undangan untuk menghadiri pertemuan ekslusif G7 yang akan datang.
"Hari ini saya secara pribadi berterima kasih kepada Rektor Scholz karena telah mengundang saya ke pertemuan G7. Secara umum, kesan saya tentang pertemuan itu positif," ungkap Zelensky.
"Berkat keberanian pria dan wanita Ukraina, Eropa dapat menciptakan sejarah baru kebebasan ini dan akhirnya menghapus zona 'abu-abu' antara UE dan Rusia di Eropa Timur," pungkasnya.
Baca juga: Senjata Rusia Gunakan Chip Komputer Buatan AS, FBI Selidiki Perusahaan Teknologi di Negaranya
Baca juga: Merengut Pandangi Lantai, Presiden Ukraina Zelensky Perlihatkan Gestur Tak Ikhlas saat Temui Macron
Kepala Negara Prancis, Jerman dan Italia Tiba di Kiev
Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi telah tiba di Ukraina.
Belum jelas apa tujuan kedatangan ketiga orang berpengaruh itu di wilayah yang sedang berkonflik.
Ada selentingan mengenai upaya perundingan damai dengan Rusia hingga pembicaraan mengenai dukungan untuk Ukraina.
Dilansir TribunWow.com dari France24, Kamis (16/6/2022), kantor kepresidenan Prancis membenarkan bahwa Macron telah tiba di Kiev hari ini.
Ia bepergian ke ibu kota Ukraina itu bersama Scholz dan Draghi menggunakan kereta.
Macron mengatakan kepada wartawan di Kiev bahwa dia akan menyampaikan pesan solidaritas Eropa kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Adapun kunjungan ketiga pemimpin Eropa itu telah memakan waktu berminggu-minggu untuk diorganisir dengan kepala negara yang ingin mengatasi kritik di Ukraina atas tanggapan mereka terhadap perang.
Kabar ini awalnya disampaikan oleh CEO Ukrzaliznytsia, Oleksandr Kamyshin melalui aplikasi perpesanan Telegram.