TRIBUNWOW.COM - Pada Kamis (16/6/2022), sejumlah pimpinan negara-negara Eropa melakukan kunjungan ke Kyiv/Kiev, Ukraina.
Negara yang melakukan kunjungan di antaranya adalah Jerman, Italia, Romania, dan Prancis.
Pimpinan negara-negara tersebut disambut langsung oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Baca juga: VIDEO Pasukan Rusia Dilaporkan Tangkap 2 Eks Tentara AS saat Terlibat Konflik
Baca juga: Sempat Telepon Putin, Kadyrov Sebut Isu Presiden Rusia Sakit Omong Kosong, Minta Barat Tutup Mulut
Dikutip TribunWow.com, media Inggris dailymail.co.uk menyoroti bagaimana Zelensky terlihat tak bersemangat dan tak antusias ketika menyambut Macron.
Seperti yang diketahui, Macron sempat menyarankan sebuah solusi agar Ukraina jangan mempermalukan Presiden Rusia Vladimir Putin demi tercapainya perdamaian.
Saat Macron hendak memeluk Zelensky, tampak hanya Macron yang tersenyum dan antusias.
Di sisi lain, Zelensky hanya berdiri kaku tanpa senyum dan memandang dingin kamera.
Pemandangan ini memperlihatkan seolah-olah hanya Macron yang ingin melakukan pelukan tersebut.
Di dalam sesi lain, Macron tampak tersenyum ke kamera sambil menjabat tangan Zelensky.
Sementara itu Zelensky hanya diam merenggut memandangi lantai.
Macron menyampaikan saran tersebut bertepatan dengan 100 hari berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina yang terjadi sejak Februari 2022 lalu.
"Kita harus jangan mempermalukan Rusia sehingga ketika tiba hari di mana perang berakhir kita bisa membangun jalan keluar lewat jalur diplomatik," ujar Macron.
Macron meyakini Prancis berperan untuk menjadi penengah dalam antara konflik Rusia dan Ukraina.
Saran dari Macron ini telah dijawab oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
"Ajakan untuk menghindari mempermalukan Rusia hanya akan mempermalukan Prancis dan seluruh negara lain yang menyetujui ajakan tersebut," ujar Kuleba.
Kuleba meminta kepada seluruh negara agar fokus mengembalikan Rusia di posisinya semula.
Macron sendiri sudah beberapa kali berkomunikasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin lewat sambungan telepon membahas negosiasi antara Rusia dan Ukraina.
Jerman Khawatir Zelensky Kelewat Batas
Sementara itu, Jerman diketahui telah bersikap ragu-ragu dalam mengirimkan senjata berat berupa tank ke Ukraina untuk menghadapi serangan pasukan militer Rusia.
Seorang pejabat pemerintahan Jerman mengakui Jerman khawatir jika Ukraina menang melawan Rusia, Ukraina justru akan bersikap kelewat batas karena terlalu percaya diri.
Dikhawatirkan Ukraina akan melakukan serangan masuk ke teritorial Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, informasi ini disampaikan oleh pejabat pemerintahan yang namanya dirahasiakan ke media massa asal Jerman Der Spiegel.
Apabila hal tersebut terjadi maka akan kembali terulang sejarah serangan tank milik Jerman ke Rusia seperti zaman invasi Nazi ke Uni Soviet pada tahun 1941 silam.
Pejabat pemerintahan Jerman itu mengiyakan bahwa Berlin meragukan sikap Presiden Volodymyr Zelensky.
Sejauh ini negara yang mengirimkan senjata berat berupa tank ke Ukraina baru Polandia hingga Republik Ceko.
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis belum melakukan hal tersebut.
Di sisi lain, Ukraina mengklaim telah menguasai setengah dari Severodonetsk, di mana pertempuran sengit dengan Rusia berlangsung.
Militer Kyiv berhasil mendorong mundur upaya Rusia untuk merebut kota timur yang menjadi kunci pertempuran untuk wilayah Donbas.
Meski begitu, pihak Ukraina masih mengantisipasi adanya serangan balasan dari Rusia yang mungkin dilancarkan dalam waktu dekat.
Pernyataan ini disampaikan gubernur regional Luhansk Sergiy Gaidai yang menyatakan Ukraina mengalami kemajuan dalam dua hari terakhir.
Kabar ini dibagikannya melalui sebuah wawancara yang diposting di saluran media sosial resminya.
Puncaknya, pada Minggu (5/6/2022), pasukan Kyiv berhasil menguasai setengah wilayah yang diperebutkan.
Akan tetapi mereka memperkirakan akan adanya serangan balasan besar-besaran dari pasukan Rusia dalam beberapa hari mendatang.
"Angkatan bersenjata kami telah membersihkan setengah (wilayah) pusat industri dari pasukan Rusia," kata Gaidai dilansir TribunWow.com dari The Moscow Times, Minggu (5/6/2022).
"Setengah dari kota sebenarnya dikendalikan oleh pasukan kita."
Sebagai informasi, Severodonetsk adalah kota terbesar yang masih berada di tangan Ukraina di wilayah Luhansk, yang merupakan bagian dari Donbas.
Pasukan Rusia secara bertahap maju ke lokasi itu dalam beberapa pekan terakhir setelah mundur dari daerah lain, termasuk di sekitar ibu kota Kyiv.
Setelah didesak kembali oleh serangan Rusia di kota itu, pasukan Ukraina terus-menerus berusaha balas mendorong mundur.
Di sisi lain, Gaidai mengatakan bahwa pasukan Rusia telah ditugaskan untuk menguasai kota pada hari Jumat, begitu juga arteri transportasi utama yang menghubungkan dua kota terdekat lainnya, Lysychansk dan Bakhmut.
"Kami berharap dalam waktu dekat bahwa semua cadangan yang sekarang mereka miliki aksesnya, semua cadangan, semua personel yang mereka miliki, akan mereka tinggalkan untuk melakukan dua tugas ini," kata Gaidai.
"Dalam lima hari ke depan, akan ada peningkatan besar dalam jumlah penembakan dari artileri berat dari pihak Rusia."
Klaim ini dibuat setelah sehari sebelumnya, Gaidai mengabarkan bahwa pasukannya berhasil menguasai 70 persen wilayah Severodonetsk.
"Rusia menguasai sekitar 70 persen kota, tetapi telah dipaksa mundur selama dua hari terakhir," tulis gubernur regional Lugansk Sergiy Gaidai di Telegram.
"Kota ini terbagi dua. Mereka takut bergerak bebas di sekitar kota."
Gaidai juga mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah menangkap delapan tahanan Rusia.
Dia mengatakan bahwa jenderal Rusia Aleksandr Dvornikov telah menetapkan target untuk mengambil kendali penuh atas Severodonetsk pada 10 Juni, atau mengendalikan jalan Lysychansk-Bakhmut yang akan membuka jalan ke Kramatorsk, ibu kota wilayah Donetsk.
"Semua pasukan, semua cadangan berkonsentrasi pada dua tugas ini," ujar Gaidai.
Pada hari Sabtu, tentara Rusia telah mengklaim beberapa unit militer Ukraina ditarik dari Severodonetsk.
Tetapi walikota Oleksandr Striuk mengatakan pasukan Ukraina berjuang untuk merebut kembali kota itu.
"Tentara kami telah berhasil mengerahkan kembali (pasukan), dan membangun garis pertahanan," katanya dalam wawancara yang disiarkan di Telegram, Sabtu.
"Kami saat ini melakukan segala yang diperlukan untuk membangun kembali kontrol total atas kota.(TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina