Konflik Rusia Vs Ukraina

Jerman Pastikan Putin Tak akan Bisa Menangkan Perang Ukraina, Sebut Rusia Tak Ingin Perdamaian

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kanselir Jerman Olaf Scholz saat mengumumkan aturan pembatasan akibat Virus Corona, Minggu (23/1/2022).

TRIBUNWOW.COM - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan bisa memenangkan perang di Ukraina.

Ia menilai bahwa Rusia tak mendapatkan kemajuan signifikan di Ukraina.

Namun, Scholz juga menekankan bahwa aliansi militer NATO tidak akan menjadi pihak yang aktif dalam konflik tersebut.

Pada Selasa (8/3/2022) Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan secara daring bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Ketiga pemimpin negara itu bertemu dan membahas soal konflik antara Rusia dan Ukraina. (youtube kompastv)

Baca juga: Alasan Putin Perangi Ukraina Disebut Tak Masuk Akal Gara-gara Intelijen Jerman Temukan Ini di Rusia

Baca juga: Pesawat di AS Bawa Susu Formula Bayi Berton-ton dari Jerman Menyusul Kelangkaan yang Terjadi

Berbicara pada hari Kamis kepada komunitas bisnis global di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pemimpin Jerman itu juga mengatakan bahwa Putin telah gagal dalam semua tujuan strategisnya.

Menurut Scholz Putin telah meremehkan kebulatan tekad dan kekuatan sekutunya dalam melawan agresinya di Ukraina.

"Tujuan kami sangat jelas, Putin tidak boleh memenangkan perang ini. Dan saya yakin dia tidak akan memenangkannya," kata Scholz dikutip TribunWow.com dari Aljazeera, Sabtu (28/5/2022).

Ia menilai rencana Rusia untuk merebut seluruh Ukraina sudah jauh dari tujuan invasinya, karena pasukan KIev terus melakukan pertahanan yang mengesankan.

Komentar Scholz muncul saat perang di Ukraina memasuki bulan keempat, dan pasukan Rusia melakukan upaya baru untuk merebut wilayah di Ukraina timur.

Setelah gagal merebut ibu kota Ukraina Kyiv atau kota keduanya Kharkiv, pasukan Rusia berusaha merebut kendali penuh atas wilayah Donbas timur.

Pasukan Putin juga maju ke selatan meskipun ada perlawanan keras dari Ukraina dan sanksi keras Barat terhadap Moskow.

Para pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia pada Kamis mencoba menyerbu pusat industri Severodonetsk yang terkepung dan Lysychansk di dekatnya, titik fokus serangan baru Moskow di wilayah Donbas.

"Putin hanya akan serius merundingkan perdamaian ketika dia menyadari bahwa dia tidak dapat menghancurkan pertahanan Ukraina," kata Scholz, yang telah berbicara beberapa kali dengan Putin di telepon sejak invasi.

Ia berjanji Sekutu Barat yang telah mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan sanksi berat kepada Rusia, akan melanjutkan dukungan mereka.

"Ini masalah memperjelas kepada Putin bahwa tidak akan ada perdamaian yang didikte," kata Scholz.

"Ukraina tidak akan menerima itu dan kami juga tidak."

Scholz menekankan sekali lagi bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk membuat NATO terlibat konflik karena itu berarti konfrontasi langsung antara kekuatan nuklir.

Kanselir menambahkan bahwa Putin meremehkan persatuan dan kekuatan yang terdiri dari negara-negara industri besar G7, NATO dan Uni Eropa telah menanggapi agresinya.

Baca juga: Menteri Putin Umumkan Negara-negara Barat Telah Deklarasikan Perang Total Lawan Rusia

Baca juga: Disadap Intelijen Jerman, Tentara Rusia Mengobrol Bahas Pembantaian di Bucha hingga Interogasi

AS Dituding Ingin Rebut Wilayah Ukraina

Informasi intelijen yang diperoleh Rusia menunjukkan bahwa Polandia dan Amerika Serikat sedang bersekutu menjalankan misi rahasia.

Misi keduanya berkaitan dengan perebutan wilayah Ukraina yang disebut memiliki nilai historis bagi Polandia.

Namun, pasangan negara NATO itu akan menggunakan dalih membantu Ukraina menahan serangan Rusia.

Diketahui, Polandia dan AS merupakan dua negara NATO yang vokal menunjukkan dukungan untuk Ukraina.

Polandia sebagai negara tetangga Ukraina, merasa berbagi nasib karena turut menjadi sasaran ancaman Rusia.

Bahkan Warsawa menyatakan kesediaan menjadi pangkalan militer AS maupun NATO.

Sementara, AS rela menggelontorkan uang hingga beberapa kuadriliun rupiah untuk mempersenjatai Ukraina.

Di balik hal tersebut, Rusia menilai ada siasat yang disembunyikan, yakni untuk mendapatkan wilayah Ukraina yang dulunya milik Polandia.

Dilansir TribunWow.com dari RT, Kamis (28/4/2022), menurut Kepala Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) Sergey Naryshkin, dugaan rencana tahap pertama adalah pengerahan 'penjaga perdamaian' Polandia di Ukraina barat.

Pasukan itu ditugaskan dengan dalih sebagai perlindungan dari agresi Rusia.

Rincian operasi sekarang sedang dibahas antara Warsawa dan pemerintahan Biden.

Ia menambahkan bahwa itu akan dilakukan tanpa mandat NATO, dengan hanya negara-negara sukarelawan yang ambil bagian.

Namun, Warsawa sejauh ini tidak dapat menemukan negara lain yang ingin bergabung dalam misinya.

"Tetapi pihak berwenang Polandia tidak terganggu oleh itu semua karena mereka sendiri memilih untuk memiliki lebih sedikit saksi yang tidak perlu untuk tindakan mereka," kata Naryshkin.

Menurut data Rusia, tujuan taktis sebenarnya adalah pasukan Polandia akan merebut kembali kendali fasilitas strategis dari Garda Nasional Ukraina.

Badan intelijen Polandia tampaknya saat ini sedang mencari anggota elit Ukraina yang dapat diandalkan, yang bersedia membentuk penyeimbang pro-Warsawa dengan nasionalis Ukraina.

Dikatakan Pemerintah Polandia berasumsi bahwa memperkuat kekuatannya di Ukraina barat, dengan kemungkinan besar, akan menyebabkan perpecahan negara.

Dalam hal ini, kontrol atas wilayah di mana pasukan penjaga perdamaian akan ditempatkan akan tetap berada di tangan Warsawa

Rencana tersebut tampaknya merupakan upaya untuk mengulangi kesepakatan bersejarah yang dicapai setelah Perang Dunia.

Saat itu negara-negara Barat menerima hak Warsawa menduduki sebagian Ukraina untuk melindungi rakyatnya dari 'ancaman Bolshevik' dan, kemudian memasukkan daerah-daerah itu ke dalam negara Polandia.

Namun hingga saat ini, klaim tersebut masih belum dapat diverifikasi lantaran belum ada tanggapan dari pihak-pihak terkait.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina