TRIBUNWOW.COM - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih belum menemui ujung meski telah berlangsung selama beberapa bulan sejak terjadi pada 24 Februari 2022.
Baik Rusia dan Ukraina saat ini sama-sama telah mengalami kerugian akibat konflik tersebut.
Seiring berjalannya waktu banyak pihak mulai dari ahli hingga pemerintah menyatakan risiko terjadinya Perang Dunia ketiga semakin besar.
Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah hal yang dikhawatirkan dapat memicu pecahnya Perang Dunia ketiga:
Baca juga: Rusia Klaim Sengaja Perlambat Militernya untuk Kuasai Ukraina, Sebut Demi Kemanusiaan
Baca juga: Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Awal Perang Dunia III, Tokoh Global Prediksi Hancurnya Peradaban
1. Ancaman Hacker Rusia
Kelompok hacker bernama Killnet mengeluarkan sebuah ancaman akan mematikan alat ventilator yang ada di rumah sakit di Inggris.
Di Inggris sendiri sampai saat ini ada ribuan alat ventilator digunakan di banyak rumah sakit yang ada di Inggris.
Alat-alat tersebut kini masih digunakan untuk membantu pernapasan pasien Covid-19 yang mengalami gejala berat.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, apabila kelompok Killnet benar-benar terbukti memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia, serangan peretasan Killnet terhadap Inggris dapat direspons dengan aksi militer NATO.
Ahli menyampaikan serangan hacker yang membahayakan jiwa manusia ini dapat berpotensi memicu terjadinya perang dunia ke-3.
Pakar Kejahatan Siber Pemerintah Inggris mengakui bahwa sistem di rumah sakit memang rentan terkena serangan hacker.
Namun pemerintah menyatakan tetap bersikap waspada.
Sebuah sumber menjelaskan kepada Thesun bahwa pemerintah Inggris memiliki sistem keamanan siber yang kokoh dan siap merespons cepat serangan peretasan yang ditujukan kepada Inggris.
Diketahui ancaman tersebut dikeluarkan gara-gara adanya seorang hacker pro Putin yang ditangkap di London seusai meretas website pemerintah Romania.
Baca juga: Gara-gara Temuan Mayat, Militer Ukraina Sindir Rusia Perlakukan Tentaranya Layaknya Sampah
Killnet mengancam akan mematikan alat kesehatan tersebut apabila rekannya tidak segera dikeluarkan.
Sebelum ditangkap, hacker pro Putin ini sempat menyampaikan dukungannya terhadap invasi Rusia ke Ukraina lewat media sosial (medsos) Facebook.
Hacker pendukung Putin ini kemudian ditangkap atas dugaan membantu Killnet saat menyerang website pemerintah Romania.
Killnet sendiri mengakui pihaknya bertanggung jawab telah meretas website pemerintah hingga Kementerian Pertahanan Romania.
Killnet memberikan tenggat waktu 48 jam untuk melepaskan hacker yang ditangkap di London.
Sebuah sumber yang melakukan investigasi terkait kasus ini, mengiyakan bahwa ancaman yang disampaikan oleh Killnet adalah ancaman yang kredibel.
"Seluruh ventilator akan diserang. Hanya pada saat itu kalian mulai menyadari kesalahan yang telah kalian buat," ujar grup Killnet.
Diketahui hacker yang ditangkap di London telah dilepaskan di saat ancaman grup Killnet dipublikasikan.
Baca juga: Tak Puas Dengan Putin, Pejabat Tinggi dan Elit Rusia Dikabarkan Sudah Rencanakan Kudeta
2. Prediksi Miliarder AS George Soros
Filantropis internasional menyebut invasi Rusia ke Ukraina berpotensi menjadi awal dari perang dunia ketiga.
Perang dahsyat itu disinyalir bisa berarti akhir dari peradaban dunia.
Ia memberikan peringatan bahwa dunia tak akan mungkin selamat jika hal itu benar-benar terjadi.
Hal ini disampaikan pebisnis kenamaan dan mantan pemodal George Soros di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.
Ia menilai bahwa perang yang terjadi di Ukraina bisa menyebabkan ekskalasi pertempuran internasional.
"Invasi itu mungkin merupakan awal dari perang dunia ketiga dan peradaban kita mungkin tidak akan selamat darinya," kata Soros dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Rabu (25/5/2022).
"Invasi ke Ukraina tidak datang tiba-tiba. Dunia semakin terlibat dalam perjuangan antara dua sistem pemerintahan yang bertentangan satu sama lain: masyarakat terbuka dan masyarakat tertutup."
Merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, Soros juga memperingatkan bahwa rezim otokratis sedang berkuasa dan ekonomi global sedang menuju depresi.
Mantan pemilik hedge fund berusia 91 tahun itu mengatakan gelombang mulai berbalik melawan masyarakat terbuka setelah serangan teroris 9/11 di AS pada tahun 2001.
"Rezim represif sekarang sedang berkuasa dan masyarakat terbuka dikepung. Hari ini China dan Rusia menghadirkan ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka," ujar Soros.
Namun, Soros mengatakan Eropa telah merespons dengan baik krisis yang dipicu oleh invasi Rusia.
"Butuh waktu lama untuk menyelesaikan detailnya, tetapi Eropa tampaknya bergerak ke arah yang benar. Ia telah menanggapi invasi Ukraina dengan kecepatan, persatuan, dan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya dalam sejarahnya," puji Soros.
Soros, yang telah menjadi sosok yang dibenci kelompok sayap kanan di AS, juga mengecam keras mantan kanselir Jerman Angela Merkel karena menjaga hubungan baik dengan Moskow dan Beijing.
"Tetapi ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia tetap berlebihan, sebagian besar karena kebijakan merkantilis yang ditempuh oleh mantan kanselir Angela Merkel," tuding Soros.
"Dia telah membuat kesepakatan khusus dengan Rusia untuk pasokan gas dan menjadikan China pasar ekspor terbesar Jerman. Itu membuat Jerman menjadi ekonomi berkinerja terbaik di Eropa tetapi sekarang ada harga yang harus dibayar."
"Ekonomi Jerman perlu direorientasi. Dan itu akan memakan waktu lama."
3. Kiriman Senjata Tertentu
Mantan penasihat militer Kanselir Jerman Angela Merkel, Jenderal (Purn) Erich Wade menentang pengiriman senjata tank tempur utama Leopard dan ranpur Marder ke Ukraina.
Menurutnya, pengiriman senjata tempur itu justru bisa memperburuk keadaan hingga menimbulkan Perang Dunia III.
Melalui radio Deutschlandfunk, Wade menyebut mengoperasikan tank tempur utama Leopard dan BMP Marder butuh kualifikasi tinggi dan pelatihan bertahun-tahun.
“Jika kita tak ingin Perang Dunia Ketiga, lambat atau cepat, tinggalkan cara militer, mulaiah berunding,” ujar Erich Wade.
Jerman dilaporkan telah memasok pasukan Kiev dengan ribuan ranjau anti-tank dengan harapan memperlambat kemajuan militer Rusia di Ukraina.
4. Pergerakan Besar NATO
Sejumlah besar pasukan militer negara-negara NATO dikabarkan telah terkonsentrasi di perbatasan Rusia dan negara sekutunya Belarus.
Hal ini dianggap sebagai ancaman nyata bagi keamanan dua negara tersebut di tengah eksalasi konflik Ukraina.
Belarus pun meningkatkan kewaspadaan lantaran khawatir adanya kemungkinan penyerangan tiba-tiba ke wilayahnya.
Dilansir TribunWow.com dari TASS, Jumat (6/5/2022) klaim ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Staf Umum Belarus Ruslan Kosygin.
Ia mengatakan pasukan NATO telah terkonsentrasi di dekat perbatasan Rusia dan Belarus.
Kosygin mengatakan kelompok penyerang dapat dibentuk di pangkalan tersebut.
"Pasukan NATO terletak di dekat perbatasan Rusia dan negara kami. Kelompok penyerang dapat dibentuk di basis mereka dalam tenggat waktu yang paling ketat untuk digunakan lebih lanjut menuju Belarus,” kata Kosygin dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke saluran Telegram Kementerian Pertahanan Belarus, Kamis (5/5/2022).
Kosygin menekankan bahwa dengan latar belakang ini, tetangga Belarus meningkatkan skala dan intensitas pelatihan operasi dan pertempuran.
"Pada 2020, ada 67 latihan dan pada 2021, 80 latihan. Sejak awal tahun ini, pasukan NATO dan tentara nasional telah mengadakan 15 latihan," ungkap Kosygin.
Dia mengingat bahwa saat ini latihan multinasional dengan nama kode Defender Europe 2022 sedang berlangsung di wilayah dan di wilayah udara negara-negara Eropa Tengah dan Timur.
Di antaranya termasuk wilayah Polandia dan Negara Baltik, dan juga di Laut Baltik dan Laut Utara.
"Faktanya, persiapan sedang dilakukan untuk operasi tempur di arah timur," katanya.
Klaim ini dibeberkan setelah beredar kabar mengenai 8.000 pasukan tentara Inggris yang dikerahkan ke wilayah Eropa timur.
Disebutkan bahwa pengerahan pasukan terbesar sejak perang dingin ini merupakan bentuk penyiagaan atas tensi yang makin meningkat akibat konflik di Ukraina.
Mereka akan bergabung dalam latihan militer besar-besaran dengan puluhan ribu tentara dari NATO dan aliansi Pasukan Ekspedisi Gabungan.
5. Kekhawatiran China soal Nuklir
Konflik antara Rusia dan Ukraina diprediksi akan menjadi awal pecahnya perang dunia ketiga.
Analisis ini disampaikan oleh Wang Wen selaku Dekan Eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang (RDCY), Wakil Dekan Sekolah Jalur Sutra, Universitas Renmin China.
Dikutip TribunWow.com, Wang Wen menulis prediksinya itu lewat portal berita pemerintah Rusia RT.com.
Wen menyoroti bagaimana Rusia saat ini tengah digempur habis-habisan oleh Amerika Serikat (AS) dan blok NATO.
Meskipun tak mengirimkan langsung pasukan militernya ke Ukraina, AS dan NATO melakukan segala cara untuk menyerang Ukraina mulai dari sanksi finansial, blokade informasi, bantuan intelijen, hingga navigasi satelit.
Dua bulan setelah konflik pecah, negara-negara barat telah memberikan sekira lima ribu sanksi terhadap Rusia.
Wen menyampaikan, apa yang dilakukan oleh AS dan negara-negara barat sudah jelas semakin memperparah tensi konflik yang terjadi.
Wen juga mengungkit pernyataan kontroversial yang disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut Wen apa yang disampaikan oleh Biden dilihat Rusia sebagai ancaman yang nyata.
Seiring berjalannya konflik antara Rusia dan Ukraina, potensi perang dunia ketiga terus naik.
Campur tangan Biden dalam konflik ini dinilai akan menjadi pertimbangan bagi Rusia untuk menggunakan senjata nuklir. (TribunWow.com/Anung/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina