TRIBUNWOW.COM - Presiden Finlandia Sauli Niinistö, menyalahkan Rusia atas keputusan negaranya dan negara tetangganya, Swedia bergabung dengan NATO.
Ia menyinggung mengenai sikap Rusia dan invasi ke Ukraina yang diinisiasi Presiden Vladimir Putin.
Niinistö pun meminta Rusia berkaca dan mengintrospeksi perbuatannya.
Baca juga: Konflik Ukraina Belum Selesai, Militer Rusia Bergerak ke Finlandia yang Berencana Gabung NATO
Baca juga: Buat Perjanjian, Inggris Lindungi Swedia dan Finlandia dari Ancaman Rusia agar Bebas Gabung NATO
Pernyataan ini diungkapkan dalam acara pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (11/5/2022).
Dalam jumpa pers tersebut, keduanya mengumumkan perjanjian kerjasama untuk menangkal ancaman Rusia.
Kerjasama itu melibatkan kesepakatan untuk memberikan bantuan militer jika salah satu negara itu diserang.
Diketahui, Rusia telah menyatakan sejumlah ancaman akibat wacana Finlandia dan negara tetangganya, Swedia, bergabung dengan NATO.
Hal ini sempat juga dibahas oleh Niinistö dalam kesempatan tersebut.
"Dia akhir tahun lalu, Rusia melarang Finland dan Swedia untuk bergabung dengan NATO," kata Niinistö dilansir TribunWow.com dari kanal YouTube Sky News, Kamis (12/5/2022).
"Mereka menuntut NATO tidak menerima anggota baru."
Niinistö menjelaskan bahwa Finlandia dan Swedia memilih netral dan tidak memihak blok Barat maupun Timur.
Namun larangan Rusia justru membuat Finlandia seolah tak memiliki pilihan.
"Finlandia dan Swedia memilih untuk tidak tergabung dalam blok militer manapun karena keinginan kami sendiri," ujar Niinistö.
"Tapi dengan mengatakan hal itu, Rusia sesungguhnya menyatakan 'Kalian tidak (bisa) punya keputusan sendiri', dan ini membuat perbedaan besar."
Ditambah lagi, serangan Rusia ke Ukraina membuat Finlandia dan Swedia merasa semakin terancam.
"Dan yang terjadi pada tanggal 24 Februari dan terus berlangsung, perang besar yang diinisiasi Rusia di Ukraina, juga membuat perubahan. Mereka (Rusia) siap menyerang negara-negara tetangganya," sebut Niinistö.
Untuk itu, ia menekankan jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, hal itu disebabkan karena Rusia sendiri.
"Karena itu, jika kami bergabung (dengan NATO), respons saya adalah kalian menyebabkan hal ini, berkacalah," tegasnya.
Baca juga: Rusia Ancam Gunakan Senjata Nuklir jika Finlandia dan Swedia Nekat Gabung NATO
Baca juga: Setelah Ukraina, Rusia Ancam Finlandia yang Ingin Gabung NATO, Sebut akan Jadi Tragedi Mengerikan
Lihat tayangan selengkapnya dari menit pertama:
Invasi Rusia Justru Dorong Negara Lain Gabung NATO
Agresi militer yang dilakukan Rusia di Ukraina diperkirakan justru akan mendorong lebih banyak negara lain untuk bergabung dengan NATO.
Padahal, Presiden Rusia Vladimir Putin menjadikan keinginan Ukraina bergabung dengan NATO sebagai alasan untuk menyerang.
Alih-alih memberikan pelajaran untuk negara lain, Rusia kini justru menghadapi hasil yang berlawanan dengan tujuannya.
Dilansir TribunWow.com dari The Sun, Kamis (7/4/2022), analisa ini disampaikan Kepala Staf Udara Inggris, Sir Mike Wigston.
Ia memperkirakan bahwa negara-negara lain akan melihat manfaat menjadi bagian dari NATO.
Aliansi pertahanan yang beranggotakan 30 orang itu diperkirakan akan segera mendapat lebih banyak lagi anggota yang akan diterima.
Menurut Wigston, agresi Vladimir Putin telah mengubah keamanan dunia untuk selamanya
"Ini adalah penataan kembali NATO, dari apa yang diperjuangkan NATO, dan siapa yang menjadi anggota NATO," kata Wigston.
"Negara-negara lain sekarang mungkin menilai bahwa masa depan mereka lebih aman dengan mendaftar untuk bergabung dengan NATO."
Ukraina bukan anggota NATO tetapi didukung oleh aliansi dan negara-negara lain dengan memasok mereka dengan senjata, pelatihan, dan pertahanan lainnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia tidak lagi mendesak untuk menjadi anggota NATO sejak invasi dimulai.
Namun Kosovo dan Bosnia telah mendaftar untuk bergabung, hanya beberapa hari setelah invasi Rusia.
Disusul Finlandia dan Swedia yang santer dikabarkan akan ikut mendaftar ke NATO meski selama ini mempertahankan status negara netral.
Tentu saja niatan tersebut ditentang keras oleh Rusia.
Terutama terhadap Finlandia yang hanya berjarak beberapa jam dari Rusia.
Pihak Presiden Vladimir Putin menyebut tindakan tersebut akan menjadi tragedi mengerikan bagi negara tersebut.
Bahkan, Rusia menyatakan Finlandia akan menjadi target pembalasan seperti yang kini terjadi di Ukraina.
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (6/4/2022), peringatan ini disampaikan Vladimir Dzhabarov, Wakil Kepala Pertama Komite Internasional Dewan Federasi.
Ia menyebut keputusan pemimpin Finlandia untuk bergabung dengan NATO akan menjadi kesalahan strategis.
"Swedia adalah negara mandiri yang merasa nyaman di Eropa," kata Dzhabarov pada pertemuan hari Rabu, (6/4/2022).
Dia mencatat bahwa negara ini memiliki status netral, meski keduanya dikatakan cenderung memiliki kedekatan dengan NATO.
Namun, Rusia secara khusus memberikan peringatan pada Finlandia yang bertetangga dengan wilayahnya.
"Jika kepemimpinan Finlandia bergabung (dengan NATO), itu akan menjadi kesalahan strategis," tegas Dzhabarov.
Dia menekankan bahwa secara geografis Finlandia dan Rusia adalah negara tetangga, mengingat dari Finlandia ke St. Petersburg hanya beberapa jam perjalanan.
Apalagi selama ini, Rusia dan Finlandia memiliki hubungan bilateral yang baik.
Namun, jika Finlandia nekat bergabung dengan NATO, Rusia mengancam akan mengambil tindakan.
Pihak Kremlin tak tinggal diam dan menyatakan akan menjadikan negara tersebut sebagai target seperti halnya yang terjadi di Ukraina.
"Dan Finlandia, yang telah berhasil berkembang selama bertahun-tahun berkat hubungan perdagangan dan ekonomi yang erat dengan Rusia, akan menjadi target. Saya pikir itu (akan) tragedi yang mengerikan bagi seluruh rakyat Finlandia," ancam Dzhabarov.
Secara sarkas, senator menekankan bahwa orang-orang Finlandia pragmatis dan cerdas.
Menurut anggota parlemen tersebut, tidak mungkin orang Finlandia akan menandatangani kartu untuk penghancuran negara mereka sendiri.(TribunWow.com/Via)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina