Konflik Rusia Vs Ukraina

Proses Evakuasi di Pabrik Baja Mariupol, Pengungsi Ukraina: Kami Tidak Melihat Matahari Begitu Lama

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengungsi dari Mariupol tiba di Kota Zaporizhzhia, Ukraina. Terbaru, warga Mariupol yang terjebak di pabrik baja Azovtal berhasil dievakuasi, Minggu (1/5/2022).

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah warga sipil telah dievakuasi dari Mariupol ke wilayah yang dikuasai Rusia dan Ukraina setelah berminggu-minggu dikepung.

Beberapa telah meninggalkan pabrik baja Azovstal, pertahanan terakhir pasukan Ukraina di kota yang signifikan secara strategis itu.

Proses penyelamatan warga ini dilakukan oleh tim gabungan setelah PBB turun tangan langsung dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Natalya Serdyuk (kiri) dan putranya, Bogdan Serdyuk (15), pengungsi yang berhasil melarikan diri dari Mariupol, Ukraina, Kamis (24/3/2022). (YouTube Sky News)

Baca juga: Perdebatan Sengit Sekjen PBB dan Menlu Putin, Rusia Tolak Mediasi hingga Kecam Etika Zelensky

Baca juga: Ditegur PBB, Putin Dikabarkan Akhirnya Setujui Gencatan Senjata untuk Evakuasi Penduduk di Mariupol

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Senin (2/5/2022), Rusia mengatakan puluhan warga sipil telah tiba di sebuah desa yang dikuasainya.

Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan sekelompok besar juga sedang dalam perjalanan ke Zaporizhzhia, yang dikuasai Ukraina.

"Kelompok pertama sekitar 100 orang sudah menuju ke daerah yang dikendalikan. Besok [Senin] kita akan bertemu mereka di Zaporizhzhia," cuitnya di Twitter @ZelenskyyUa.

PBB mengkonfirmasi bahwa 'operasi lintas pengaman' telah mulai mengevakuasi warga pada hari Sabtu.

Tim ini terdiri keterlibatan relawan, PBB dan Palang Merah.

PBB tidak memberikan perincian di mana orang-orang dibawa atau berapa banyak yang telah pergi, dengan mengatakan bahwa informasi itu dapat membahayakan keselamatan operasi.

Rekaman Reuters dari kompleks menunjukkan proses evakuas warga sipil, terutama wanita dan anak-anak.

Mereka dibantu untuk berjalan di atas tumpukan puing-puing, dan naik bus dengan jendela yang hilang.

Seorang wanita dengan bayi berusia enam bulan mengatakan mereka telah terperangkap di pabrik baja selama dua bulan.

Wanita lain yang lebih tua mengatakan mereka sudah kehabisan makanan.

Pejabat Ukraina mengatakan penembakan Rusia dilanjutkan di pabrik baja setelah gencatan senjata singkat dilakukan hari Minggu.

Denys Shleha dari Garda Nasional Ukraina mengatakan sementara puluhan orang telah diselamatkan, beberapa ratus warga sipil, termasuk anak-anak, masih berada di bunker.

Dia menambahkan bahwa setidaknya dua upaya evakuasi seperti ini akan diperlukan untuk mengeluarkan semua orang.

"Anda tidak bisa membayangkan apa yang telah kami alami, teror," kata Natalia Usmanova, 37 tahun.

Ia adalah seorang pengungsi ke wilayah yang dikuasai Rusia dilansir kantor berita Reuters.

"Saya khawatir bunker itu tidak akan tahan - saya sangat takut," ucap Usmanova.

"Ketika bunker mulai bergetar, saya histeris, suami saya dapat menjamin itu: saya sangat khawatir bunker akan runtuh."

"Kami tidak melihat matahari begitu lama."

Baca juga: Ukraina Ungkap Sosok Legendaris Ghost of Kiev yang Disebut Jatuhkan 40 Pesawat Rusia Sendirian

Baca juga: Berterima Kasih pada PBB, Zelensky Girang 100 Warga Mariupol yang Terjebak Berhasil Dievakuasi

Kondisi Pengungsi di Azovtal

Terjebak di dalam kompleks pabrik baja Azovstal, rezimen Azov Ukraina mengunggah sebuah video menampilkan kondisi terkini di dalam pabrik yang berada di Mariupol tersebut.

Seperti yang diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan instruksi kepada pasukan militer Rusia untuk memblokade pabrik baja Azovstal.

Dalam video yang diunggah oleh rezimen Azov tersebut, tampak para prajurit Ukraina membawakan makanan dan bantuan lainnya untuk wanita dan anak-anak yang berada di bunker bawah tanah di pabrik Azovstal.

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pada video yang beredar tampak sejumlah wanita dan anak-anak berada di ruangan yang penuh dengan orang.

Dapat terdengar suara-suara keluhan para warga yang mengatakan mulai kehabisan makanan hingga air.

Bahkan terdengar juga warga yang memohon agar bisa segera dievakuasi keluar dari kota tersebut.

Seorang wanita mengatakan ada 15 anak-anak yang berlindung di dalam bunker tersebut, mulai dari bayi hingga bocah berusia 14 tahun.

Video ini diduga diambil pada 21 April 2022.

Diketahui di dalam pabrik baja Azovstal terdapat begitu banyak terowongan.

Menurut keterangan Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengungkapkan bagaimana para tentara Ukraina diperlakukan secara tak manusiawi oleh komandan mereka.

Diketahui kini masih tersisa sejumlah tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Kota Mariupol.

Kadyrov menjelaskan, para tentara Ukraina itu saat ini dipimpin oleh batalion nasionalis Ukraina yang bersikap keji bahkan terhadap rekan seperjuangan mereka sendiri.

Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Kadyrov lewat akun Telegram miliknya menjelaskan bagaimana para tentara Ukraina yang terjebak di dalam Mariupol dipaksa untuk terus berperang oleh komandan mereka.

Informasi ini diperoleh Kadyrov seusai bertanya ke seorang tawanan perang.

Batalion nasionalis Ukraina yang kini memimpin para tentara Ukraina di Azovstal disebut akan menembak mati para tentara yang memilih untuk menyerah ke Rusia.

"Menurut keterangan tawanan, mayoritas dari mereka yang terkurung di belakang tembok tebal pabrik ingin cepat-cepat pergi meninggalkan wilayah sambil memegang bendera putih," ungkap Kadyrov.

"Namun inisiatif ini tidak didukung oleh sang komandan batalion nasionalis."

"Kami telah mengkonfirmasi informasi tentang mengeksekusi mati anggota mereka sendiri yang ingin menyerah," papar Kadyrov.

Kadyrov menyampaikan, batalion nasionalis juga telah menyebarkan disinformasi kepada anggota mereka tentang nasib para tahanan perang di tangan Rusia.

Diketahui pemerintah Rusia telah memberikan kesempatan kepada pasukan militer Ukraina di Mariupol agar menyerah.

Namun beberapa tentara Ukraina tetap enggan menyerah dan memutuskan untuk melawan Rusia hingga titik darah penghabisan.

Beberapa di antaranya bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Mariupol.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Mayor Serhiy Volyna menyatakan pasukannya yakni brigade marinir ke-36 akan terus bertempur melawan Rusia.

Lewat sebuah video, Volyna menyampaikan sebuah permohonan kepada para pemimpin dunia untuk membantu Mariupol dan Ukraina.

"Ini adalah pesan kami kepada dunia. Ini mungkin jadi pesan terakhir kami," ucap Volyna.

"Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa."

"Kekuatan musuh 10 kali lebih besar dibandingkan kami. Mereka menguasai udara, artileri, tank dan unggul dalam kendaraan tempur."

Volyna mengatakan, misinya dan pasukannya di Mariupol adalah mempertahankan pabrik baja Azovstal.

"Kami meminta kepada para pemimpin dunia untuk bantu kami," kata Volyna.

Volyna ingin agar dirinya dan para pasukannya dievakuasi ke negara dunia ketiga.

Menurut Volyna ada 500 tentara yang terluka, dan ratusan warga sipil di Mariupol termasuk wanita dan anak-anak yang belum dievakuasi.

"Kami meminta diberikan keamanan di teritori negara dunia ketiga," ujar Volyna. (TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait lainnya