Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Tuding Polandia dan AS Sekongkol untuk Rebut Wilayah Ukraina Barat dengan Dalih Membantu

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Joe Biden bertemu dengan pasukan militer Polandia di kota Rzeszow di Polandia tenggara, sekitar 100 kilometer (62 mil) dari perbatasan dengan Ukraina, Maret 25, 2022. Terbaru, Rusia tuding AS dan Polandia bersekongkol untuk menduduki wilayah Ukraina Barat, Kamis (28/4/2022).

TRIBUNWOW.COM - Informasi intelijen yang diperoleh Rusia menunjukkan bahwa Polandia dan Amerika Serikat sedang bersekutu menjalankan misi rahasia.

Misi keduanya berkaitan dengan perebutan wilayah Ukraina yang disebut memiliki nilai historis bagi Polandia.

Namun, pasangan negara NATO itu akan menggunakan dalih membantu Ukraina menahan serangan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (tengah) bertemu dengan Menteri Pertahan AS Lloyd Austin (kiri) dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Kiev, Minggu (24/4/2022). (Instagram @zelenskiy_official)

Baca juga: Tegaskan Permusuhan, Rusia Putus Pasokan Gas ke Polandia dan Bulgaria akibat Berpihak pada Ukraina

Baca juga: Rusia Ungkap Motif Pertemuan Zelensky dengan PM Polandia, Slovenia, dan Republik Ceko di Kiev

Diketahui, Polandia dan AS merupakan dua negara NATO yang vokal menunjukkan dukungan untuk Ukraina.

Polandia sebagai negara tetangga Ukraina, merasa berbagi nasib karena turut menjadi sasaran ancaman Rusia.

Bahkan Warsawa menyatakan kesediaan menjadi pangkalan militer AS maupun NATO.

Sementara, AS rela menggelontorkan uang hingga beberapa kuadriliun rupiah untuk mempersenjatai Ukraina.

Di balik hal tersebut, Rusia menilai ada siasat yang disembunyikan, yakni untuk mendapatkan wilayah Ukraina yang dulunya milik Polandia.

Dilansir TribunWow.com dari RT, Kamis (28/4/2022), menurut Kepala Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) Sergey Naryshkin, dugaan rencana tahap pertama adalah pengerahan 'penjaga perdamaian' Polandia di Ukraina barat.

Pasukan itu ditugaskan dengan dalih sebagai perlindungan dari agresi Rusia.

Rincian operasi sekarang sedang dibahas antara Warsawa dan pemerintahan Biden.

Ia menambahkan bahwa itu akan dilakukan tanpa mandat NATO, dengan hanya negara-negara sukarelawan yang ambil bagian.

Namun, Warsawa sejauh ini tidak dapat menemukan negara lain yang ingin bergabung dalam misinya.

"Tetapi pihak berwenang Polandia tidak terganggu oleh itu semua karena mereka sendiri memilih untuk memiliki lebih sedikit saksi yang tidak perlu untuk tindakan mereka," kata Naryshkin.

Menurut data Rusia, tujuan taktis sebenarnya adalah pasukan Polandia akan merebut kembali kendali fasilitas strategis dari Garda Nasional Ukraina.

Badan intelijen Polandia tampaknya saat ini sedang mencari anggota elit Ukraina yang dapat diandalkan, yang bersedia membentuk penyeimbang pro-Warsawa dengan nasionalis Ukraina.

Dikatakan Pemerintah Polandia berasumsi bahwa memperkuat kekuatannya di Ukraina barat, dengan kemungkinan besar, akan menyebabkan perpecahan negara.

Dalam hal ini, kontrol atas wilayah di mana pasukan penjaga perdamaian akan ditempatkan akan tetap berada di tangan Warsawa

Rencana tersebut tampaknya merupakan upaya untuk mengulangi kesepakatan bersejarah yang dicapai setelah Perang Dunia.

Saat itu negara-negara Barat menerima hak Warsawa menduduki sebagian Ukraina untuk melindungi rakyatnya dari 'ancaman Bolshevik' dan, kemudian memasukkan daerah-daerah itu ke dalam negara Polandia.

Namun hingga saat ini, klaim tersebut masih belum dapat diverifikasi lantaran belum ada tanggapan dari pihak-pihak terkait.

Baca juga: Berharap Sekolah di Eropa, Remaja Asal Suriah Ini Justru Tewas di Perbatasan Polandia saat Krisis

Baca juga: Berharap Dibantu Urus Pengungsi Ukraina, Walikota di Polandia: Ternyata Kita Ditinggal Sendirian

Polandia Sanggup Jadi Markas Senjata AS

Polandia menyatakan menerima Amerika Serikat (AS) secara terbuka untuk menempatkan senjata nuklir di wilayahnya.

Negara tetangga Ukraina itu juga akan menyambut 50 persen peningkatan jumlah tentara AS yang ditempatkan di Eropa.

Warsawa juga menyerukan tindakan lebih keras terhadap Rusia atas konflik di Ukraina.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Senin (4/4/2022), Polandia memutuskan bertanggung jawab menjadi tuan rumah hulu ledak nuklir Amerika.

Hal itu akan menjadi eskalasi yang signifikan dalam Perang Dingin baru dengan Rusia.

Dikhawatirkan bahwa keputusan itu akan dilihat sebagai langkah yang provokatif oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Adapun invasi yang diinisiasi Putin itu, telah memicu ketakutan keamanan di negara-negara di sisi timur NATO.

NATO pun telah menanggapi dengan meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut, mengumumkan empat kelompok pertempuran multinasional lagi di Bulgaria, Hongaria, Rumania dan Slovakia bulan lalu.

"Polandia akan senang jika Amerika meningkatkan kehadiran mereka di Eropa dari 100 ribu tentara saat ini menjadi 150 ribu di masa depan karena agresivitas Rusia yang meningkat," kata wakil perdana menteri Polandia, Jaroslaw Kaczynski (72), kepada surat kabar Jerman Welt am Sonntag.

"Jika Amerika meminta kami untuk menyimpan senjata nuklir AS di Polandia, kami akan terbuka untuk itu. Ini akan secara signifikan meningkatkan pencegahan terhadap Moskow."

Menurut Kaczynski, 100.000 pasukan tersebut akan dibagi untuk menjaga di perbatasan dengan Rusia.

Ia menyatakan langkah ini akan menunjukkan kehadiran NATO, sehingga Rusia akan berpikir dua kali jika ingin mengembangkan sayapnya ke Polandia.

"Dari jumlah tersebut, 75 ribu tentara harus ditempatkan di sayap timur, yaitu, di perbatasan dengan Rusia. 50 ribu tentara di negara-negara Baltik dan Polandia," imbuh Kaczynski dalam wawancara, yang juga dipublikasikan di situs web Partai Hukum dan Keadilan (PiS) di Polandia.

"Itu akan mengirimkan sinyal yang jelas ke Moskow: kepemimpinan NATO sekarang juga hadir di timur."

"Dengan atau tanpa nuklir, Polandia ingin melihat komando besar operasional NATO di Polandia."

Kaczynski menegaskan bahwa keputusan tersebut tak perlu dipertimbangkan lagi.

Pasalnya, ada sekitar 80 ribu tentara AS di Eropa sebelum pasukan Rusia pindah ke Ukraina.

Kaczynski juga menyebut Jerman dan Prancis tak menunjukkan sikap tegas yang justru dinilai akan menguntungkan Moskow.

"Saya sangat tidak puas dengan perilaku pemerintah Jerman. Polandia tidak senang dengan peran Jerman di Eropa. Jerman bisa memasok lebih banyak senjata. Dan Jerman dapat berbicara mendukung embargo minyak di UE," kata Kaczynski.

"Selama bertahun-tahun pemerintah Jerman tidak ingin melihat apa yang dilakukan Rusia di bawah kepemimpinan Putin dan kami melihat hasilnya hari ini."

Hingga saat ini, Jerman masih sangat bergantung pada pasokan minyak Rusia yang memenuhi sepertiganya kebutuhan negara.

"Kami tidak dapat terus mendukung kekuatan besar seperti Rusia dengan membayar miliaran," kata Kaczynski. “Ini tidak dapat diterima dari sudut pandang politik dan moral. Ini harus diakhiri, dan Jerman akhirnya harus mengambil sikap yang jelas tentang ini.'

Empat negara lain di Eropa sudah memiliki senjata nuklir Amerika di tanah mereka.

Bom nuklir taktis yang dapat diluncurkan dari udara disimpan oleh Angkatan Udara AS di dua pangkalan di Italia dengan masing-masing satu di Belgia, Jerman, Belanda dan Turki.

Yunani juga pernah menjadi tuan rumah senjata nuklir AS sampai tahun 2001, sementara Inggris telah menjadi tuan rumah pesawat berkemampuan nuklir di negara itu sejak tahun 1949 meskipun senjata nuklir AS ditarik pada tahun 2006.

Tujuh negara Eropa lainnya, Republik Ceko, Denmark, Yunani, Hongaria, Norwegia, Polandia, dan Rumania merupakan bagian dari kelompok Support of Nuclear Operations With Conventional Air Tactics (SNOWCAT) dan mampu memberikan dukungan udara.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina