Komentar dari seorang mahasiswa PhD di Jerman, Pia Dannhauer, juga dikutip dalam artikel SCMP.
Baca juga: Media Asing Turut Beritakan Wafatnya Nunuk Nuraini Peracik Bumbu Indomie, Inggris hingga Malaysia
Baca juga: Indomie Disebut terkait dengan Meningkatnya Kasus Kehamilan Remaja di Ghana, Ini Alasannya
Dannhauer mengatakan suka mengkonsumsi Indomie saat makan siang di antara jam kuliah selama studinya di Belanda.
“Teman-teman flat saya dan saya benar-benar bisa saling memandang dan berkata, ‘Indomie?’ secara bersamaan kapan pun kami benar-benar berencana memasak bersama,” katanya.
Dannhauer seorang vegetarian sehingga varian favoritnya adalah Indomie Mi Goreng Vegan.
“Saya sebenarnya pernah membuat salad mie dari itu, dengan beberapa tambahan kubis Napa dan saus yang terbuat dari paket bumbu (Indomie), ditambah kecap dan rempah-rempah,” katanya.
“Rasanya antara umami dan terlalu asin, menurutku.”
SCMP menyebut komentar Ho dan Dannhauer terkait Indomie menjelaskan mengapa merek mi instan Indonesia itu bisa begitu terkenal di seluruh dunia.
Dengan harga sekitar Rp 7 ribu saja, mereka bisa mendapatkan rasa yang enak serta praktis.
Indomie diluncurkan pada 1983 dan ketika salah satu penciptanya, Nunuk Nuraini, meninggal pada Januari lalu, kabar itu menjadi berita utama global.
Dilansir dari The Strategist, selain Indomie, beberapa merek mi instan lain dari berbagai negara di dunia juga dinobatkan sebagai bagian mi goreng terbaik.
Termasuk produk Korea Selatan, Nongshim Chapagetti Chajang Noodle dan Nongshim Shin Noodle Ramyun.
Selain itu, merek mi dari Taiwan, Tseng Noodles Scallion with Sichuan Pepper Instant Noodles juga menjadi salah satunya.
Sedangkan untuk mi kuah terbaik di dunia, termasuk MyKuali Penang White Curry Noodles dari Malaysia, Sapporo Ichiban Tokyo Chicken Momosan Ramen dari Jepang, dan Maggi Masala 2-Minute Noodles dari India. (TribunWow.com/Anung/Alma Dyani P)
Berita Terkini Internasional lain