TRIBUNWOW.COM - Seorang pengungsi Ukraina berusia 11 tahun melakukan perjalanan lintas negara ke perbatasan Slovakia sendirian.
Anak laki-laki itu telah meninggalkan Zaporizhzhia dan melakukan perjalanan hampir ke seluruh penjuru negeri untuk menghindari serangan Rusia.
Ia berangkat tanpa disertai pendampingan orangtua maupun kerabat, dan hanya berbekal nomor telepon yang tertulis di tangan.
Baca juga: Hari ke-12 Invasi Rusia ke Ukraina, Penyerangan Makin Gencar sementara Koridor Kemanusiaan Gagal
Baca juga: Tewas Ditembak Rusia saat Bagikan Roti, Wali Kota Gostomel Ukraina Dinyatakan sebagai Pahlawan
Dilansir Sky News, Senin (7/3/2022), anak laki-laki tersebut tehitung telah melakukan perjalanan sejauh 600 mil atau sekitar 965 km.
Ia diketahui hanya bepergian dengan membawa kantong plastik dan paspor, serta nomor telepon tertulis di tangannya.
Bocah yang tak dicantumkan namanya itu bepergian sendirian karena orang tuanya harus tinggal di Ukraina.
Namun ia segera diurus oleh sukarelawan ketika dia mencapai perbatasan dengan negara tetangga Slovakia.
Bocah itu termasuk di antara mereka yang melarikan diri dari Zaporizhzhia di Ukraina timur.
Ia melarikan diri setelah Rusia menyerang kota yang memiliki lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu.
Dalam sebuah pernyatan di halaman Facebook, Kementerian Dalam Negeri Slovakia memuji keberanian dan tekad bocah itu.
Mereka menambahkan bahwa bocah itu telah dirawat oleh sukarelawan dan diberi makanan dan minuman.
Berkat nomor yang tertulis di tangannya dan secarik kertas yang dibawanya, staf berhasil menghubungi kerabat yang telah datang menemuinya.
Lebih dari 128 ribu pengungsi telah tiba di Slovakia sejak 24 Februari, menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).
Hingga kini, terhitung total 1,7 juta pengungsi Ukraina telah melarikan diri ke negara-negara tetangga setelah invasi oleh Rusia.
Diperkirakan jumlahnya bisa meningkat sebanyak empat juta pada bulan Juli.
Baca juga: Rusia Tuding Ukraina Kembangkan Senjata Biologis, Sebut Didanai AS untuk Buat Virus Berbahaya
Baca juga: Ini Daftar Permintaan Rusia jika Ingin Serangan ke Ukraina Berhenti
Nasib Pilu Pasien Anak Penderita Kanker di Ukraina
Di bangsal onkologi di rumah sakit anak Chernihiv, Ukraina, anak-anak berjuang melawan kanker sementara kota mereka dikepung pasukan Rusia.
Namun kini, pasien anak-anak di Ukraina itu kehabisan obat penghilang rasa sakit serta pasokan makanan.
Para relawan dan orangtua juga tak bisa melakukan evakuasi lantaran tentara Rusia sudah menanam ranjau di jalur keluar kota.
Dilansir The Guardian, Selasa (1/3/2022), Serhiy Zosimenko, seorang pekerja amal yang menjaga 11 pasien anak beserta dokter dan orang tuanya, mengaku tak bisa berbuat banyak.
Ia mengaku masih tak percaya atas kondisi yang dialami hanya bisa berjuang untuk bertahan hidup.
"Kami tidak tahu berapa banyak waktu yang kami miliki,” kata Zosimenko.
"Kami sebenarnya tidak tahu bagaimana bertahan hidup di sini, ini tidak nyata. Kami tidak memiliki sumber daya lagi."
Sesungguhnya, rumah sakit di Polandia dan Slovakia telah setuju untuk melanjutkan perawatan anak-anak tersebut dan membebaskannya dari biaya apa pun.
Namun untuk saat ini anak-anak yang berusia antara dua hingga 15 tahun itu tak bisa dievakuasi ke sana.
Pasalnya, kota tersebut telah dikepung tentara Rusia, sehingga satu-satunya jalan keluar adalah dengan helikopter.
"Masalahnya kami tidak bisa mengevakuasi anak-anak dari darat, kami hanya bisa mengevakuasi mereka melalui udara,” terang Zosimenko.
"Semua rute ke kota kami ditanami ranjau."
Adapun kota Chernihiv terletak sekitar 90 mil timur laut Kiev, di jalan menuju perbatasan Belarusia.
Sejak invasi pertama, kota tersebut telah dikelilingi oleh pasukan Rusia beberapa hari yang menembaki fasilitassipil, termasuk rumah, taman kanak-kanak dan pasar.
"Dua hari yang lalu sebuah peluru menghantam 200 meter dari rumah sakit kami," beber Zosimenko. Sejumlah apotek dan toko obat telah menyumbang untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit secara gratis.
Tetapi hal ini belum bisa memenuhi kebutuhan anak-anak, terutama untuk obat penghilang rasa sakit.
"Ketika orang sakit kanker, mereka membutuhkan banyak obat penghilang rasa sakit, dan kami memiliki masalah dengan morfin dan obat lain,” ujar Zosimenko.
"Misalnya rumah sakit onkologi di Chernikiv, mereka hanya memiliki delapan ampul morfin atau obat penghilang rasa sakit lainnya.”
Kondisi tempat perlindungan yang kurang layak menyebabkan pasien dan tenaga medis kelelahan.
Apalagi lantaran mereka tak bisa beristirahat di tengah kekhawatiran atas serangan udara dan suara tembakan yang beruntun terdengar.
"Semua orang lelah, terutama staf medis, mereka tidak tidur secara normal selama seminggu terakhir, hanya dua atau tiga jam."
Zosimenko membawa senapannya sendiri ke rumah sakit, dan bersama dengan beberapa ayah anak-anak itu, menciptakan unit perlindungan informal.
"Kami di sini dengan senjata kami sendiri, beberapa ayah dari anak-anak ini membawa sesuatu sehingga mereka dapat melindungi diri mereka juga," ujar Zosimenko.
"Kami siap memberikan hidup kami sendiri tetapi tidak mau memberikan nyawa anak-anak ini.”
"Saya bersama anak-anak, karena mereka adalah arsitek, hanya mereka yang dapat membangun masa depan. Kami hanya dapat membantu mereka bertahan hidup, sehingga mereka dapat melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan."(TribunWow.com)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina