TRIBUNWOW.COM - Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Ir Jayan Sentanuhady ST MEng IPU AseanEng angkat bicara soal kecelakaan maut bus pariwisata di kawasan Bukit Bego, Imogiri, Bantul, Yogyakarta Minggu (6/2/2022)
Dilansir Tribun Jogja, dugaan sementara bus itu mengalami kecelakaan karena rem blong.
Dugaan tersebut dilontarkan oleh pihak Polres Bantul.
Baca juga: 4 Korban Kecelakaan Bus Pariwisata Bantul Positif Covid-19, Dikarantina di RS Panembahan Senopati
Semalam, Kapolres Bantul, AKBP Ihsan, mengatakan dari hasil penyelidikan awal ada indikasi rem bus blong.
Awalnya, bus merasa kesulitan untuk menanjak di Jalan Imogiri-Dlingo, sehingga beberapa penumpang diminta turun terlebih dahulu.
Sayangnya, ketika jalanan mulai menurun, sopir bus kehilangan kendali dan menabrak Bukit Bego.
Kecelakaan tersebut merenggut nyawa 13 penumpang, termasuk sopir bus tersebut.
Melihat kejadian nahas itu, Jayan menjelaskan penyebab rem tidak efektif atau blong.
“Faktor penyebabnya secara umum itu ada dua, yang pertama rem kehilangan tekanan hidrolis akibat kebocoran minyak. Ini bisa juga disebabkan oleh kualitas minyak rem yang buruk,” ujarnya ketika dihubungi Tribun Jogja, Senin (7/2/2022).
Baca juga: Tak Ada Bekas Rem hingga Sopir Panik Ngobrol dengan Kernet, Ini Detik Akhir Bus Pariwisata di Bantul
Dia membeberkan, kualitas minyak rem buruk lantaran minyak rem tidak memiliki ketahanan kompresibilitas yang baik.
Minyak rem harus memiliki sifat sulit untuk dimampatkan agar rem dapat bekerja dengan baik.
Hal ini membuat minyak rem harus memiliki kompresibilitas rendah dan selalu stabil pada temperatur dan tekanan yang bervariasi.
Pada faktor pertama ini, bisa saja minyak rem yang digunakan salah tipe sehingga menyebabkan kebocoran pada hose atau seal.
Maintenance kendaraan juga dinilai kurang bagus.
Faktor kedua, kata dia, adalah hilangnya friksi di kampas rem akibat overheat atau terlalu panas.
Penyebab kampas rem menjadi terlalu panas tidak lain karena terlalu sering digunakan.
Misalnya, saat kondisi macet berjam-jam saat tanjakan atau turunan, pengemudi cenderung menggunakan rem kaki daripada rem tangan.
Baca juga: Termasuk Ibunya, Mulyadi Kehilangan 7 Keluarga dalam Kecelakaan Maut di Bantul: Semua Kehendak Allah
Situasi diam atau berhenti-jalan membuat kerja rem semakin berat, apalagi bila ditambah beban angkut yang besar.
“Peningkatan suhu itu menyebabkan hilangnya friksi atau gesekan. Sehingga, rem bisa blong,” paparnya.
Lantas, bagaimana caranya agar rem tidak mudah blong, khususnya untuk kendaraan-kendaraan besar?