Tetapi, masih banyak masyarakat Hazara yang tidak mempercayai perubahan Taliban tersebut.
Mereka yakin Taliban tidak akan memberikan perlakuan yang setara bagi kelompok minoritas.
Bahkan, mereka takut jika anggota Taliban akan mendiskriminasi mereka dan kembali melakukan penindasan.
“Dibandingkan dengan aturan mereka sebelumnya, Taliban sedikit lebih baik,” kata seorang ulama Hazara, Mohammed Jawad Gawhari.
“Masalahnya adalah tidak ada satu undang-undang. Setiap individu Talib bertindak sebagai hukum mereka sendiri saat ini. Jadi orang-orang hidup dalam ketakutan akan mereka.”
Beberapa perubahan sebelumnya terlihat jelas dalam pemerintahan baru Taliban.
Setelah pengambilalihan, kelompok tersebut mengizinkan umat Syiah untuk melakukan kegiatan keagamaan mereka.
Gawhari mengatakan, Taliban awalnya juga menyita senjata milik Hazara yang digunakan untuk menjaga beberapa masjid mereka sendiri di Kabul.
Namun, setelah pemboman ISIS yang menghancurkan sejumlah masjid Syiah di Provinsi Kandahar dan Kunduz pada Oktober lalu, Taliban mengembalikan senjata itu.
Taliban juga menyediakan pasukan mereka untuk menjaga beberapa masjid selama pelaksanaan salat Jumat.
"Kami menyediakan lingkungan yang aman dan terjamin untuk semua orang, terutama Hazara," kata juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid.
“Mereka seharusnya berada di Afghanistan. Meninggalkan negara ini tidak baik bagi siapa pun.”
Dalam beberapa tahun terakhir, cabang ISIS di Afghanistan, ISIS-K atau ISIS-Khorasan, telah menggencarkan serangan ke kelompok Syiah di negara itu.
Mereka melancarkan sederet teror bom terhadap sekolah Hazara, rumah sakit dan masjid, hingga menewaskan ratusan orang. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Konflik di Afghanistan lain