TRIBUNWOW.COM – Seorang mantan perwira senior intelijen Arab Saudi mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) adalah seorang ‘psikopat tanpa empati’.
Mohammed bin Salman disebutkan pernah menyatakan keinginannya untuk membunuh penguasa kerajaan Arab Saudi saat itu, Raja Abdullah bin Abdulaziz al-Saud, pada 2014.
Hal itu diungkapkan oleh Saad Aljabri, dalam sebuah wawancara dengan CBS News dalam program ’60 Minutes’ yang ditayangkan oleh televisi Amerika Serikat (AS) pada Minggu (24/10/2021).
Baca juga: Arab Saudi Bantah Kabar Pertemuan Rahasia Antara Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan PM Israel
Baca juga: Dirawat, Raja Salman Pimpin Rapat Kabinet dari Rumah Sakit, Begini Kondisinya
Dikutip dari Newsweek, Aljabri yang melarikan diri dari Arab Saudi pada Mei 2017, tinggal di pengasingan di Kanada, seusai MBS menggulingkan Nayef sebagai pewaris takhta pada 2017.
Dalam wawancaranya, Aljabri menceritakan bahwa MBS dan Nayef mengadakan pertemuan pada 2014.
Saat itu, MBS mengatakan ingin membunuh Raja Abdullah untuk membuka jalan bagi pemerintahan ayahnya, Raja Salman.
"Dan dia (MBS) mengatakan kepadanya (Nayef), 'Saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan tamat riwayatnya,'" kata Aljabri mengulang ucapan MBS.
"Itu yang dia katakan. Entah dia hanya membual atau, tapi dia mengatakan itu dan kami menganggapnya serius."
Nayef ketika itu menjabat sebagai kepala intelijen Arab Saudi, sementara MBS adalah pengawal pribadi ayahnya.
MBS tidak memiliki peran resmi dalam pemerintahan pada 2014 lalu.
Aljabri juga mengklaim telah melihat rekaman pertemuan MBS dan Nayef tersebut, serta masih memiliki salinannya hingga saat ini.
Dia menggambarkan MBS, pewaris takhta Arab Saudi berusia 36 tahun, sebagai "psikopat tanpa empati" yang "tidak merasakan emosi dan tidak pernah belajar dari pengalamannya."
Sejumlah skandal bermunculan sejak MBS berkuasa, yang membuatnya dikutuk oleh kubu Demokrat dan memunculkan semakin banyak Republikan.
Pada Oktober 2018 lalu, jurnalis Washington Post yang berbasis di AS, Jamal Khashoggi, dibunuh di konsulat Saudi ketika berada di Istanbul, Turki.
Hingga saat ini, masih belum ditemukan siapa yang bertanggung jawab atas kematian kritikus pemerintah Saudi tersebut.
Baca juga: Arab Saudi Akhirnya Izinkan Kembali Ibadah Umrah bagi Jemaah Indonesia, Begini Ketentuannya
Baca juga: Arab Saudi Putuskan Kuota Haji Terbatas untuk Jemaah Domestik dan Ekspatriat, Ini Kata Menteri Agama
Terdapat banyak perdebatan di mana pemerintah Saudi mengatakan, agen rahasia telah membunuh Khashoggi ketika mereka berusaha membujuknya untuk kembali ke negara mereka.
Sementara itu, pejabat Turki mengklaim bahwa agen tersebut dikirim oleh pejabat tinggi pemerintahan Saudi.
Dilansir dari The Guardian, Aljabri mengatakan dirinya telah diperingatkan oleh seorang rekan pada 2018 lalu, bahwa tim pembunuh dari Saudi sedang menuju ke Kanada untuk menghabisinya.
Itu terjadi seusai peristiwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul.
“Jangan berada di dekat misi Saudi mana pun di Kanada. Jangan pergi ke konsulat. Jangan pergi ke kedutaan,” kata Aljabri mengulang ucapan rekannya.
Beberapa detail dan dugaan kronologi pembunuhan atas Khashoggi yang dirinci dalam litigasi AS dan Kanada telah dilaporkan.
MBS disinyalir mengetahui tentang operasi pembunuhan Khashoggi tersebut, meskipun telah dibantah.
Aljabri juga berbicara tentang nasib dua anak bungsunya, Sarah dan Omar, yang ditangkap dan dipenjara di Arab Saudi, dalam apa yang secara luas dilihat sebagai upaya untuk memaksanya kembali ke negaranya.
“Saya harus angkat bicara. Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika untuk membantu saya membebaskan anak-anak itu dan memulihkan kehidupan mereka,” katanya.
Pemerintah Saudi tidak secara langsung menanggapi tuduhan Aljabri.
Tetapi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "Saad Aljabri adalah mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan dengan sejarah panjang mengarang dan menciptakan gangguan untuk menyembunyikan kejahatan keuangan yang dia lakukan".
Arab Saudi sebelumnya sudah membantah tuduhan adanya upaya pembunuhan terhadap Aljabri di Kanada.
Kerajaan juga menyangkal bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi diperintahkan oleh MBS.
Tuduhan serius tentang MBS muncul ketika Arab Saudi berusaha meningkatkan citranya di seluruh dunia, termasuk melalui pengambilalihan Newcastle United baru-baru ini oleh konsorsium yang dipimpin oleh MBS. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Arab Saudi lain