TRIBUNWOW.COM – Dilaporkan hilang dalam kurun waktu enam hari, Muhammad Gibran Arrasyid (14) ditemukan dalam kondisi sehat pada Jumat (24/9/2021).
Gibran menghilang saat dilaporkan melakukan pendakian Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat sejak 18 September lalu.
Dirinya mengaku sempat mendapatkan pengalaman mistis selama enam hari dinyatakan hilang.
Baca juga: Minum Air Belerang hingga Temui Sosok Warna Putih, Ini Misteri Hilangnya M Gibran di Gunung Guntur
Baca juga: 6 Hari Hilang di Gunung Guntur, Gibran Diberi Makanan 5 Orang Misterius Berbaju Putih, Ini Sajiannya
Seorang Psikolog dari Universitas Padjajaran (Unpad), Aulia Iskandarsyah menanggapi pernyataan Gibran tersebut dalam perspektif psikologi.
Dikutip TribunWow.com dari TribunJabar.id, setelah dievakuasi, Gibran sempat menyatakan bertemu dengan beberapa sosok orang dan diberi makan tetapi dirinya menolak memakannya.
Laki-laki berusia belasan tahun itu juga menceritakan tiba-tiba terbangun di sebuah sungai berwarna kuning yang bening.
Selama menghilang, dia hanya makan daun dan minum air sungai.
Aulia Iskandarsyah menyatakan kejadian yang dialami Gibran dapat menjelaskan dua hal, jika dilihat dari perspektif psikologi.
Perkataan Gibran bisa memperlihatkan bagaimana kejadian traumatik yang mungkin dialaminya selama menghilang dapat membuat ingatannya atas peristiwa di Gunung Guntur menjadi tidak utuh.
“Jika seseorang baru saja mengalami kejadian atau peristiwa yang dahsyat, menakutkan, dan traumatik, bisa saja dia mengalami yang namanya post traumatic stress yang sangat memungkinkan proses mengingat peristiwa menjadi tak utuh, kabur, atau urutan dan kejelasan kejadian bisa saja salah,” katanya saat dihubungi, Minggu (26/9/2021), dikutip dari TribunJabar.id.
“Seseorang akan berusaha merangkaikan fragmen ingatan-ingatan yang dia ingat menjadi suatu uraian cerita yang bisa dia mengerti dan pahami, meskipun secara aktual tak seperti itu,” tambahnya.
Selain itu, terdapat orang yang memiliki sensitivitas yang memungkinkan dirinya dapat melihat hal-hal yang samar menjadi suatu bentuk tertentu, maupun sosok tertentu.
Hal itu juga bisa saja dialami oleh Gibran.
“Fenomena ini disebut sebagai Pareidolia. Inilah yang kemudian menerangkan hal-hal yang dilihat pada orang-orang yang melaporkan telah alami pengalaman paranormal,” ungkap Aulia Iskandarsyah.
Namun, Aulia menegaskan jika tindakan memvalidasi ingatan dari pengalam Gibran bukanlah hal yang menjadi prioritas.