TRIBUNWOW.COM – Seorang kasir di sebuah pom bensin Jerman tewas ditembak pelanggan yang tidak terima ketika diminta memakai masker pada Sabtu (18/9/2021).
Dilansir dari Reuters, pembunuhan yang terjadi kota barat Idar-Oberstein, Jerman itu telah menjadi berita utama nasional sebagai satu-satunya kasus yang terkait dengan aturan pembatasan Covid-19.
Politisi Jerman menyatakan keterkejutannya atas pembunuhan pekerja berusia 20 tahun itu pada Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Seorang Pria di Austria Simpan Jasad Ibunya selama Setahun demi Dapatkan Uang Tunjangan
Baca juga: Ada Aturan Penamaan Bayi, Pasangan di Swedia Tak Boleh Namai Anaknya Vladimir Putin
Mereka menyatakan siapa pun yang menggunakan kekerasan tidak akan ditolerir.
Jaksa mengatakan bahwa pekerja kasir di pom bensin itu telah meminta seorang pria berusia 49 tahun yang ingin membeli bir untuk mematuhi aturan mengenakan masker.
Pelanggan itu justru menolak dan pergi meninggalkan petugas kasir.
Namun, dia kemudian kembali dengan menggunakan masker yang ditariknya hingga dagu.
"Pelaku mengeluarkan pistol dan menembak bagian kepala kasir (itu) dari depan. Korban jatuh ke lantai dan langsung tewas," kata jaksa penuntut, Kai Fuhrmann.
Tersangka pelaku penembakan kemudian menyerahkan diri ke kantor polisi setempat.
Jaksa mengungkapkan jika pelaku beralasan kebijakan ketat pembatasan virus Covid-19 yang diberlakukan di Jerman sudah membuatnya stress.
Saat ini, pelaku sudah ditahan.
Dalam penggeledahan di rumahnya, penyidik menemukan senjata yang diduga sebagai alat yang digunakan saat pembunuhan, berupa senjata api dan amunisi lainnya.
Pembunuhan itu terjadi seminggu sebelum pemilihan federal di mana sayap kanan AFD telah mencoba merayu pemilih dengan kampanye anti-lockdown dan antivaksin.
Baca juga: Tak Mau Ikuti Aturan Pembatasan Covid-19 Baru di Turki, Ribuan Orang Lakukan Demonstrasi
Baca juga: Vaksinasi Capai 80 Persen, Denmark Cabut Semua Pembatasan Virus Covid-19
Partai AFD mendapatkan sekitar 11 persen suara dalam jajak pendapat yang menampung banyak pendukung dari orang-orang penyangkal virus Covid-19.
Para politisi menanggapi pesan yang beredar di media sosial yang menunjukkan simpati terhadap pelaku penembakan oleh gerakan yang disebut Querdenken.
"Kebencian dan hasutan yang datang dari orang-orang yang tidak bisa diajari ini memecah belah komunitas kami dan membunuh orang. Mereka tidak memiliki tempat di masyarakat kami," ungkap Menteri Luar Negeri, Heiko Maas melalui akun Twitternya.
Ada protes reguler dan beberapa kekerasan terhadap pembatasan pandemi Covid-19 di Jerman selama setahun terakhir, dikutip dari Euronews pada Selasa (21/9/2021).
Walikota Idar-Oberstein, Frank Fruhauf, mengecam penembakan itu sebagai tindakan mengerikan.
Penduduk setempat meletakkan bunga dan lilin di luar pom bensin tempat kejadian.
Gerakan Querdenken menjadi satu di antara pendorong protes pembatasan pandemi.
Mereka mencakup orang-orang yang menentang masker dan vaksin, ahli teori konspirasi, dan beberapa ekstremis sayap kanan.
Facebook minggu lalu menghapus hampir 150 akun dan halaman yang terkait dengan gerakan Querdenken karena menyebarkan informasi yang salah dan menghasut ke kekerasan. (TribunWow.com/Alma Dyani P)
Berita terkait Jerman lain