Terkini Internasional

Klaim Masker Sebabkan Keracunan Karbon Monoksida, Izin Medis Seorang Dokter di Oregon Dicabut

Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI dokter. Izin medis seorang dokter di AS dicabut setelah mengklaim pemakaian masker menyebabkan keracunan karbon monoksida dan melanggar protokol kesehatan.

TRIBUNWOWO.COM – Izin medis seorang dokter di Oregon, Amerika Serikat bernama Steven Arthur LaTulippe telah dicabut pada 2 September lalu.

LaTulippe mengklaim bahwa pemakaian masker dapat menyebabkan keracunan karbon monoksida, dilansir dari Insider pada Minggu (19/9/2021).

Penyelidikan dilakukan dan menemukan LaTulippe terlibat dalam setidaknya 35 kasus dan dikenai denda sekitar Rp 142 juta.

ILUSTRASI dokter menggunakan masker. (VideoBlocks)

Baca juga: Mantan Menteri Kesehatan Perancis Diselidiki setelah Dianggap Abaikan Pandemi Virus Covid-19

Baca juga: Potong Rambut Putrinya Tanpa Izin, Seorang Ayah Gugat Sekolah Rp 14 Miliar

Dewan Medis Oregon yang melakukan investigasi menyatakan LaTulippe terlibat dalam delapan kasus perilaku tidak profesional atau tidak terhormat, 22 kasus kelalaian dalam praktik kedokteran dan 5 kasus kelalaian besar dalam praktik kedokteran.

Izin medis LaTulippe awalnya hanya ditangguhkan pada Desember 2020.

Saat itu, Latulippe menyatakan kepada penyidik tidak berencana mengikuti protokol kesehatan pembatasan virus Covid-19, termasuk menggunakan masker.

“Dalam pilihan antara kehilangan lisensi medisnya atau mengenakan masker di kliniknya dan mengharuskan pasien serta stafnya untuk memakai masker di kliniknya, dia memilih untuk mengorbankan lisensi medisnya tanpa ragu-ragu,’” ungkap laporan investigasi itu. 

Diketahui melalui penyelidikan, LaTulippe dan istrinya yang menjalankan praktik klinik bersama tidak mengenakan masker saat merawat pasien sejak Maret 2020 hingga Desember 2020.

Praktik keluarga LaTulippe, South View Medical Arts, melakukan penyaringan pasien terkait Covid-19 dengan melihat ekspresi wajah individu dibandingkan mengajukan pertanyaan skrining umum.

Hal itu diperintahkan oleh LaTulippe kepada bagian resepsionis di kliniknya.

Baca juga: Pengemudi Berhenti Kerja karena Pandemi Covid-19, 200 Taksi Terbengkalai Jadi Kebun Sayur

Baca juga: Alami Penurunan Kasus Covid-19, Pengunjung dari Indonesia Boleh Masuk Singapura

Menurut catatan penyelidikan, mereka tidak mengajukan pertanyaan terkait apakah pasien melakukan kontak erat dengan seorang penderita Covid-19 atau tidak.

“Dia (LaTulippe) telah melatih resepsionisnya untuk melihat (pasien) apakah mereka terlihat sakit dan jika pasien tersenyum dan bahagia, resepsionis diinstruksikan untuk bertanya apa yang dirasakan pasien,” kata catatan medis. 

“Jika pasien menunjukkan bahwa mereka merasa baik-baik saja dan mereka tidak sakit, resepsionis akan mengarahkan pasien untuk duduk di ruang tunggu (sebelum menuju ke ruang pemeriksaan),” tambahnya.

Penyelidikan juga mengungkap jika LaTulippe meminta pasien tidak perlu menggunakan masker di kliniknya kecuali jika merasa sakit aktif, batuk dan sesak.

LaTulippe memberi tahu pasien lansia dan anak-anak bahwa mengenakan masker sangat berbahaya.

Halaman
12