TRIBUNWOW.COM - Selain karena virus yang menyerang paru-paru pasien Covid-19, sesak napas juga bisa disebabkan berbagai hal lain.
Meski begitu, pasien yang isolasi mandiri tetap dianjurkan untuk mencari pertolongan medis ketika mengalami sesak napas.
Dilansir dari Healthline, disebutkan jika hingga kini infeksi Covid-19 masih masuk dalam kategori penyakit saluran pernapasan meski bisa menyebabkan masalah gangguan organ lain seperti jantung dan pembuluh darah.
Baca juga: Bisa Sebabkan Masalah Serius saat Isolasi Mandiri, Ini Ciri dan Penyebab Sesak Napas Covid-19
Baca juga: 2 Gejala Long Covid yang Menurut Studi Bisa Bertahan Lebih dari Setahun seusai Isolasi Mandiri
Orang yang terinfeksi Covid-19, respons imunnya akan mengganggu transfer oksigen normal.
Sel darah putih akan melepaskan molekul inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin, yang pada gilirannya mengumpulkan lebih banyak sel kekebalan untuk membunuh sel yang terinfeksi virus.
Dampak dari pertempuran yang sedang berlangsung antara sistem kekebalan Anda dan virus meninggalkan nanah, yang terdiri dari kelebihan cairan dan sel-sel mati (puing-puing) di paru-paru Anda.
Hal ini mengakibatkan gejala saluran pernapasan seperti batuk, demam, dan sesak napas.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) melaporkan bahwa 31 hingga 40 persen orang dengan kasus Covid-19 yang dikonfirmasi telah mengalami sesak napas.
Biasanya sesak napas juga bukan gejala tunggal pada pasien Covid-19.
Studi CDC lain dari kasus yang dikonfirmasi di Amerika Serikat menemukan bahwa sesak napas terjadi pada sekitar 43 persen orang dewasa yang bergejala dan 13 persen anak-anak yang bergejala.
Sesak napas akan diiringi dengan gejala lain yang lebih umum seperti demam, batuk, dan kelelahan.
Tetapi ada masalah lain yang bisa menyebabkan sesak napas pada pasien Covid-19 selain karena virus menyerang paru, seperti:
1. Kecemasan
Stres atau kecemasan akut dapat memicu respons melawan-atau-lari biologis (fight-or-flight).
Sistem saraf simpatik bereaksi dengan meluncurkan serangkaian respons fisiologis sebagai respons terhadap ancaman yang dirasakan.
Misalnya, jantung mungkin berpacu cepat sehingga pernapasan mungkin menjadi cepat dan dangkal, dan pita suara mungkin menyempit ketika mencoba bernapas.
Alasan pernapasan menjadi lebih cepat dan lebih dangkal adalah karena otot-otot di dada mengambil alih sebagian besar pekerjaan pernapasan.
Saat tubuh lebih rileks, dan bernapas lebih banyak dengan bantuan diafragma, yang memungkinkan tubuh mengambil napas lebih dalam dan lebih penuh.
2. Asma
Penyakit paru obstruktif ini menyebabkan lapisan saluran udaramembengkak, otot-otot di dekatnya menegang, dan lendir menumpuk di saluran udara.
Ini menghalangi jumlah udara yang bisa masuk ke paru-paru.
3. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
PPOK adalah sekelompok penyakit paru-paru progresif, yang paling umum adalah emfisema dan bronkitis kronis.
Mereka dapat membatasi aliran udara keluar Anda, atau menyebabkan pembengkakan dan penyempitan saluran bronkial, serta penumpukan lendir.
4. Miokarditis
Miokarditis Juga dikenal sebagai serangan jantung, dapat menurunkan aliran darah dan oksigen ke dan dari jantung dan paru-paru.
Hal ini dapat menyebabkan kemacetan di organ-organ ini, membuatnya lebih sulit untuk bernapas.
5. Penyakit paru interstisial (ILD)
ILD mencakup lebih dari 200 kondisi yang memengaruhi saluran udara, pembuluh darah, dan kantung udara di dalam paru-paru.
ILD menyebabkan jaringan parut dan peradangan di sekitar kantung udara di paru-paru Anda, yang membuat paru-paru Anda lebih sulit untuk berkembang.
Meski dalam beberapa kasus pasien hanya mengalami sakit yang ringan, pasien tetap dianjurkan untuk tetap berkonsultasi dengan dokter.
Hal itu karena sesak napas bisa menjadi tanda masalah serius bagi pasien Covid-19.
Terlebih ketika mengalami sesak napas yang terus-menerus yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan kritis yang dikenal sebagai hipoksia.
Ketika tingkat saturasi oksigen turun di bawah 90 persen, Ini bisa membuat otak kekurangan oksigen.
Sehingga dapat menyebabkan kebingungan, kelesuan, dan gangguan mental lainnya dapat terjadi.
Dalam kasus yang parah, jika kadar oksigen turun hingga sekitar 80 persen atau lebih rendah, ada peningkatan risiko kerusakan pada organ vital.
Sesak napas yang berkelanjutan adalah gejala pneumonia, yang dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
Ini adalah jenis gagal paru-paru progresif di mana cairan mengisi kantung udara di paru-paru.
Dengan ARDS, pernapasan menjadi semakin sulit karena paru-paru yang kaku dan berisi cairan lebih sulit mengembang dan berkontraksi.
Dalam beberapa kasus, bantuan pernapasan dengan ventilasi mekanis diperlukan. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Isolasi Mandiri Lainnya