Virus Corona

Bisa Dialami saat Isolasi Mandiri, Kenali Dampak Infeksi Covid-19 pada Kesehatan Mulut

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi menyikat gigi. Pasien Covid-19 dianjurkan untuk menyikat gigi dua kali dalam satu hari.

TRIBUNWOW.COM - Beberapa gejala Covid-19 diketahui akan berdampak atau berpusat di sekitar mulut. 

Gejala tersebut misalnya kehilangan indera perasa, nyeri, dan mulut kering, bisa muncul saat isolasi mandiri dan akan berdampak pada kesehatan mulut secara umum. 

Dilansir dari WebMD, dikatakan juga jika gejala-gejala tersebut merupakan bagian dari beberapa gejala yang bisa bertahan lama pada pasien Covid-19. 

Baca juga: Sering Menatap Layar Gadget saat Isolasi Mandiri Covid-19? Kenali 9 Makanan untuk Kesehatan Mata

Baca juga: Bisa Digunakan saat Isolasi Mandiri Covid-19, Kenali 6 Ramuan Herbal untuk Atasi Gejala Demam

Dikatakan jika hampir 4 dari 10 pasien Covid-19 mengalami gangguan indera pengecap atau kehilangan kemampuan untuk merasakan makanan secara total.

Mulut kering juga lebih dirasakan oleh banyak pasien, yaitu sekitar 43 persen.

Data tersebut didapat dari tinjauan luas mereka terhadap lebih dari 180 penelitian yang diterbitkan dan melihat kesehatan mulut pada 65 ribu pasien Covid-19.

“Terkait pasien Covid-19 secara khusus, pesan pentingnya adalah menjaga kebiasaan kesehatan mulut yang sehat selama sakit jika mereka mampu melakukannya,” kata Dr. Edmond Hewlett, juru bicara American Dental Association, yang meninjau temuan tersebut.

Mulut kering secara signifikan meningkatkan risiko kerusakan gigi.

Dianjurkan untuk menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, flossing sekali sehari, membatasi ngemil, dan menghindari makanan dan minuman manis selama menjalani isolasi mandiri.

Saat ini, kebanyakan orang menyadari bahwa hilangnya penciuman dan pengecapan adalah gejala utama infeksi Covid-19.

Baca juga: Berpotensi Cegah Badai Sitokin, Ini 11 Makanan Mengandung Probiotik untuk Isolasi Mandiri Covid-19

Namun tinjauan penelitian oleh tim yang dipimpin oleh peneliti University of Brasilia E.N.S. Guerra mengidentifikasi sejumlah variasi pada tema itu.

Orang dengan Covid-19 dapat mengalami penurunan indra perasa (hypogueusia), indera perasa yang terdistorsi, di mana segala sesuatu terasa manis, asam, pahit atau logam (dysgeusia), atau hilangnya semua rasa (ageusia).

Di Eropa, gejala yang terkait dengan mulut ini dialami oleh hampir setengah pasien Covid-19 mempengaruhi sekitar setengahnya.

Sebagai perbandingan, sepertiga pasien Covid-19 Amerika dan seperempat pasien Amerika Latin melaporkan hal yang sama.

Perbedaan tersebut juga belum dipahami dengan baik, terlebih untuk mengidentifikasi apa yang mempengaruhinya. 

Beberapa pasien Covid-19 juga melaporkan lesi pada atau di bawah lidah mereka atau di sepanjang gusi dan sisi mulut.

Hewlett mengatakan komplikasi ini tidak hanya terjadi pada Covid-19, tetapi juga tidak terjadi pada semua orang.

Dia juga mengatakan jika tidak jelas mengapa beberapa mengalami masalah mulut sementara yang lain tidak.

Tetapi dia menambahkan jika bahkan infeksi ringan mungkin akan berpengaruh terhadap gangguan mulut, dengan tingkat yang beragam.

Dan, Hewlett menambahkan, sementara tidak jelas berapa lama gejala oral dapat bertahan.

Baca juga: Detik-detik Kapal Besar Bermuatan 43 Ribu Ton Tersangkut di Terusan Suez, Jalur Sempat Dialihkan

Diduga gejala tersebut dapat menjadi bagian dari gejala long Covid.

Istilah ini mengacu pada pasien yang terus berjuang dengan masalah kesehatan terkait Covid berbulan-bulan setelah pulih dari banyak gejala awal mereka.

Di Amerika Serikat, biasanya orang-orang rutin pergi ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan. 

Tetapi, di tengah pandemi Covid-19 banyak orang yang tidak melakukan pemeriksaan rutin tersebut. 

Itu juga diduga merupakan penyebab adanya peningkatan masalah mulut secara umum. 

"Pergi ke dokter gigi terbukti sangat aman dari perspektif risiko infeksi COVID-19," katanya.

Nasihat itu didukung oleh Dr. Shervin Molayem,yang merupakan Direktur Mouth Body Research Institute di Los Angeles.

Bahkan dia menyebut, stres selama pandemi atau ketika terinfeksi Covid-19 juga bisa berpengaruh terhadap kesehatan gigi.

"Masyarakat masih belum ke dokter gigi, padahal sudah setahun" sejak awal pandemi, keluhnya.

"Mereka telah membuang rutinitas perawatan gigi mereka, dan hasilnya adalah peningkatan gusi berdarah, penyakit periodontal, dan efek buruk dari penggilingan gigi."

"Apa yang menyebabkan mereka menggertakkan gigi di malam hari kemungkinan adalah stres sekunder mereka dari penyakit yang sebenarnya," kata Molayem.

"Itu berarti stres terkait Covid berpotensi menyebabkan nyeri rahang (TMJ), serta gigi retak dan terkelupas," jelasnya. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya