TRIBUNWOW.COM - Seperti penyakit pernapasan pada umumnya, infeksi Covid-19 juga bisa menyebabkan masalah pada organ paru-paru.
Dalam kondisi yang parah kerusakan paru-paru yang disebabkan Covid-19 bisa berdampak jangka panjang dan membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, Panagis Galiatsatos, M.D., M.H.S., yang merupakan Spesialis Paru-paru di Johns Hopkins Bayview Medical Center, bahkan menyebut Covid-19 diduga bisa menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru.
Baca juga: Miliki Beberapa Kemiripan, Kenali Perbedaan Gejala Antara Infeksi Covid-19 dan Flu Biasa
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Cairan saat Isolasi Mandiri, Simak Bahaya Dehidrasi bagi Pasien Covid-19
Meski dari pendeknya umur penyakit Covid-19, masih dibutuhkan waktu untuk memastikannya.
"Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi paru-paru seperti pneumonia dan, dalam kasus yang paling parah, sindrom gangguan pernapasan akut, atau ARDS, Sepsis, dan kemungkinan komplikasi lain dari Covid-19, juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru dan organ lainnya," jelasnya.
“Seperti yang telah kami pelajari lebih lanjut tentang SARS-CoV-2 dan Covid-19 yang dihasilkan, kami telah menemukan bahwa pada Covid-19 yang parah, kondisi pro-inflamasi yang signifikan dapat mengakibatkan beberapa penyakit kritis, komplikasi, dan sindrom,” kata Galiatsatos.
Kondisi tersebut kini disebutkan dengan istilah badai sitokin.
Galiatsatos mencatat tiga faktor yang memengaruhi risiko kerusakan paru-paru pada pasien infeksi Covid-19.
Baca juga: Bukan Asal Bergizi, Ini yang Perlu Dikonsumsi dan Dibatasi saat Isolasi Mandiri Covid-19 Menurut WHO
1. Tingkat keparahan penyakit
“Yang pertama adalah tingkat keparahan infeksi virus Corona itu sendiri, apakah orang tersebut memiliki kasus ringan, atau parah,” kata Galiatsatos.
Kasus yang lebih ringan cenderung menyebabkan bekas luka yang bertahan lama di jaringan paru-paru tanpa permasalahan serius.
Sedangkan dalam kondisi yang parah, pasien bisa mengalami kerusakan dan berbagai penyakit yang telah disebutkan tadi seperti pneumonia parah, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dan Sepsis.
2. Kondisi kesehatan
“Yang kedua adalah apakah ada masalah kesehatan yang ada, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit jantung yang dapat meningkatkan risiko penyakit parah.”
Orang yang lebih tua juga lebih rentan untuk kasus Covid-19 yang parah.
Jaringan paru-paru mereka mungkin kurang elastis, dan kekebalan mereka mungkin melemah karena usia lanjut.
Selain itu, orang yang lebih tua juga telah disebutkan lebih mungkin mengalami badai sitokin yang juga bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru.
3. Treatmen
“Pengobatan adalah faktor ketiga,” katanya.
“Pemulihan pasien dan kesehatan paru-paru jangka panjang akan tergantung pada jenis perawatan apa yang mereka dapatkan, dan seberapa cepat.”
Dukungan tepat waktu di rumah sakit untuk pasien yang sakit parah dapat meminimalkan kerusakan paru-paru.
Selain itu, dia juga menjelaskan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kerusakan paru menjadi parah pada pasien Covid-19.
“Jika Anda memiliki komorbid dan risiko yang lebih tinggi, pastikan Anda melakukan semua yang Anda bisa untuk meminimalkan kemungkinan tertular virus," ujarnya.
Jika memang terinfeksi Covid-19 pastikan bahwa kondisi kesehatan kronis atau komorbid bisa terkelola sebaik mungkin.
Misalnya, orang yang hidup dengan diabetes, COPD, atau penyakit jantung harus sangat berhati-hati untuk mengelola kondisi tersebut dengan memantau dan meminum obat sesuai petunjuk.
Galiatsatos menambahkan bahwa nutrisi yang tepat dan hidrasi juga dapat membantu pasien menghindari komplikasi Covid-19.
“Menjaga pola makan yang baik penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan hidrasi yang tepat bisa mempertahankan volume darah yang tepat dan selaput lendir yang sehat dalam sistem pernapasan, yang dapat membantu mereka melawan infeksi dan kerusakan jaringan dengan lebih baik,” jelasnya.
Pilihlah makanan bergizi seimbang dan lihat panduan makanan apa yang terbaik untuk kesehatan paru-paru.
Setelah kasus Covid-19 yang parah, pasien harus tetap optimis bahwa kondisi paru-parunya bisa pulih kembali.
Meski membutuhkan waktu yang lama untuk masa pemulihan jika paru-paru mengalami kerusakan.
“Ada cedera awal pada paru-paru, diikuti dengan jaringan parut. Seiring waktu, jaringan akan sembuh, tetapi perlu waktu tiga bulan hingga satu tahun atau lebih agar fungsi paru-paru seseorang kembali ke tingkat sebelum Covid-19," jelasnya.
Penyembuhan paru-paru itu sendiri dapat menimbulkan gejala atau keluhan.
Dia menganalogikan seperti penyembuhan pada patah tulang kaki yang membutuhkan gips selama berbulan-bulan, hingga gipsnya dilepas.
Setelah itu pasien juga tidak bisa segera berlari dengan tulang kaki yang baru sembuh.
"Saat kaki menguat dan otot tumbuh kembali, pasien akan mengalami ketidaknyamanan dari penyembuhan ini. Ini juga yang dialami paru-paru kita!” katanya.
Dia mencatat bahwa dokter dan pasien sama-sama harus siap untuk melanjutkan pengobatan dan terapi.
Begitu pandemi berakhir, akan ada sekelompok pasien dengan kebutuhan kesehatan baru yaitu para survivor atau penyintas Covid-19.
Dokter, terapis pernapasan, dan penyedia layanan kesehatan lainnya perlu membantu pasien ini memulihkan fungsi paru-paru mereka sebanyak mungkin. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya