Sudjiwo melanjutkan, meski mural sudah dihapus, ingatan masyarakat soal kritik terhadap Jokowi tak akan hilang.
"Mural itu seperti kerinduan yang enggak bisa dihapus."
"Mural bisa dihapus, tapi 'Tuhan aku lapar' semakin nempel di orang," tukasnya.
Baca juga: Ngotot Bantah Pernyataan Said Didu soal Mural Kritik Presiden, Ali Ngabalin: Anda Menyesatkan Rakyat
Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi, Ternyata Ini Asal Usul Kata 404: Not Found dan Artinya Menurut Roy Suryo
Simak videonya berikut ini mulai menit ke-4.41:
Kata Ngabalin
Di sisi lain, debat sengit terjadi antara Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan pengamat politik Said Didu.
Hal itu terjadi saat membahas mengenai penghapusan mural kritik terhadap pemerintah oleh aparat Satpol PP dan Kepolisian.
Menurut Said Didu, aparat semestinya tidak perlu gusar dan gegabah menghapus setiap kritik yang digambar untuk menyuarakan isi hati rakyat.
Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi, Ternyata Ini Asal Usul Kata 404: Not Found dan Artinya Menurut Roy Suryo
Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Presiden menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah anti kritik.
"Saya berkali-kali mendengar presiden 'Terima kasih kepada pengkritik saya', tapi berkali-kali saya melihat perlakuan aparat berbeda dengan presiden," Said Didu dikutip TribunWow.com dari Catatan Demokrasi tvone, Rabu (18/8/2021).
"Kemungkinan besar aparatnya bandel atau ada dua arahan, atau aparatnya juga melihat kalau menjilatnya lebih panjang maka pangkatnya lebih cepat naik."
"Saya tidak menuduh, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu," sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Ali Ngabalin seolah naik pitam.
Pasalnya, penghapusan mural yang tak berizin memang menjadi kewajiban aparat.
Ia geram lantaran hal itu selalu dihubungkan seolah ada perintah dari pusat.