Ia juga mengenakan udeng kepala berwarna biru, sendal berwarna hitam lengkap dengan tas rajut berwarna cokelat.
Baca juga: Ramai Dibandingkan India, Jokowi Turunkan Harga PCR dan Segerakan Hasil Tes: Paling Lambat 1x24 Jam
Isi Pidato Jokowi
Di awal pidatonya yang pertama, Jokowi menyinggung tentang bagaimana seharunya masyarakat memaknai pandemi.
Menurutnya, masyarakat harus adaptif dan terus belajar dari tantangan krisis, resesi, dan pandemi yang belum kunjung berakhir.
"Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau kita bisa hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari," kata Jokowi dikutip TribunWow.com dari Sekretariat Presiden.
"Api memang membakar, tetapi sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan tetapi sekaligus bisa menguatkan."
Presiden mengibaratkan krisis pandemi ini seperti api yang mungkin bisa melukai namun juga bisa dimaknai sebagai pembelajaran bersama.
"Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri kita dalam menghadapi tantangan masa depan," ujar Jokowi.
"Pandemi ini seperti Kawah Candradimuka, yang menguji, yang mengajarkan, dan sekaligus mengasah."
Baca juga: Fakta Viral Mural Jokowi 404: Not Found, Dianggap Lecehkan Lambang Negara hingga sang Pembuat Diburu
Jokowi tidak memungkiri bahwa kondisi pandemi ini memang punya banyak risiko bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Namun, ia mengharap bahwa kondisi ini harus dimaknai sebagai ujian yang bisa menguatkan.
"Beban yang penuh risiko dan memaksa kita untuk menghadapi dan mengelolanya,"
"Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita semuanya diuji sekaligus diasah,"
Menurut Jokowi, pandemi ini merupakan proses yang mengasah Indonesia menjadi bangsa yang tahan banting menghadapi tantangan di masa depan.
Secara fisik, sidah tersebut hanya dihadiri sebanyak 60 orang.