Hotman menambahkan, dirinya yang mengoleksi begitu banyak obat bahkan juga tidak dapat menemukan Favipiravir untuk dikirimkan ke anak muda tersebut.
Menanggapi situasi ini, Hotman meminta tolong kepada Menkes agar melakukan pengecekan langsung ke lapangan.
"Bapak Menteri Kesehatan, tolong segera dilakukan audit kepada pabrik maupun kepada semua distributor," kata Hotman.
"Tolong turunkan orang, enggak bisa lagi hanya sekadar peraturan, tolong turunkan orang, cek ke lapangan distributornya semua," pintanya.
Dikutip dari Kompas.com, Favipiravir pertama kali dikembangkan oleh Toyama Chemicals Jepang.
Obat ini digunakan sebagai terapi influenza dan terbukti mampu melawan infeksi virus Ebola.
Dilansir dari Pedoman Tatalaksana Covid-19 oleh beberapa perhimpunan dokter Indonesia, favipiravir bisa digunakan pada pasien dengan gejala ringan hingga berat. Namun, penggunaannya masih sangat terbatas sehingga tidak boleh diberikan untuk ibu hamil atau perempuan yang merencanakan kehamilan.
Penggunaan obat ini disebut cukup efektif untuk mengobati Covid-19, namun untuk mengetahui efektivitas, keamanan, dan efek sampingnya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
(TribunWow.com/Anung)
Berita lain terkait Covid-19