Virus Corona

Ini Daftar Harga Obat Terapi Covid-19, Paling Murah Ivermectin Rp 7.500 hingga Termahal Rp 6 Juta

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto Kiri: ABLET AVIGAN diproduksi oleh Toyama Chemical, yang merupakan anak perusahaan Fujifilm dari Jepang. Avigan telah diproduksi dan digunakan dalam tahap uji klinis sejak 2014 hingga sekarang. Kandungan Favipiravir (Favipiravir bekerja melawan virus RNA dengan menghambat enzim polimerase, sehingga virus tidak dapat menggandakan diri dan menyebar), di dalam Avigan juga sedang diteliti untuk menangani infeksi virus Corona atau COVID 19. Foto kanan: Obat Ivermectin.

TRIBUNWOW.COM - Sejumlah obat yang digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 kini semakin langka di pasaran.

Bahkan pengacara sekelas Hotman Paris Hutapea mengakui kesulitan menemukan obat tertentu untuk mengobati pasien Covid-19.

Berikut ini adalah daftar harga eceran tertinggi obat-obat Covid-19 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan soal proses vaksinasi Covid-19 yang akan memprioritaskan tenaga kesehatan (nakes). (YouTube Sekretariat Presiden)

Baca juga: Bahas Ivermectin, dr Tirta Ingatkan Covid-19 Bisa Sembuh Sendiri: Tidak Ada Obat Membunuh Virus

Baca juga: Ini Efek Jangka Panjang Obat Ivermectin, Paling Parah Bisa Merusak Fungsi Organ Hati

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menetapkan harga eceran tertinggi obat terapi COVID-19 termelalui Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/4826/2021 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Dalam Masa Pandemi COVID-19.

Dikutip dari website Kemkes.go.id, obat-obatan untuk terapi Covid-19 dijual di Apotek, Instalasi farmasi, rumah sakit, klinik hingga fasilitas kesehatan.

Berikut ini adalah 11 daftar obat untuk terapi pasien Covid-19:

1. Favipiravir 200 mg (Tablet) Rp.22.500 per tablet

2. Remdesivir 100 mg (Injeksi) Rp.510.000 per vial

3. Oseltamivir 75 mg (Kapsul) Rp.26.000 per kapsul

4. lntravenous Immunoglobulin 5% 50 ml (lnfus) Rp.3.262.300 per vial

5. lntravenous Immunoglobulin 10% 25 ml (Infus) Rp.3.965.000 per vial

6. lntravenous Immunoglobulin 10% 50 ml (Infus) Rp.6.174.900 per vial

7. Ivermectin 12 mg (Tablet) Rp.7.500 per tablet

8. Tocilizrrmab 400 mg/20 ml (Infus) Rp.5.710.600 per vial

9. Tocilizumab 80 mg/4 ml (Infus) Rp.1.162.200 per vial

10. Azithromycin 500 mg (Tablet) Rp.1.700 per tablet

11. Azithromycin 500 mg (Infus) Rp.95.400 per vial

Menurut penjelasan Menkes Budi, 11 obat itu sering digunakan dalam masa pandemi Covid-19.

Menkes Budi berharap agar aturan soal harga obat dipatuhi oleh seluruh pihak.

Baca juga: Memohon ke Jokowi soal Vaksin, Hotman Sindir DPR hingga Juniornya: Tahun Lalu Saya Teriak-teriak

Hotman Minta Menkes Pantau Peredaran Obat Covid

Di sisi lain, pengacara Hotman Paris Hutapea pagi-pagi buta membuat sebuah video pendek yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Video itu diunggah oleh Hotman di akun Instagram miliknya @hotmanparisofficial, Rabu (7/7/2021).

Pada video itu, Hotman meminta agar Menkes Budi mengambil langkah nyata menurunkan petugas langsung ke lapangan.

Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea pagi-pagi buta membuat sebuah video pendek yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Rabu (7/7/2021). (Instagram/@hotmanparisofficial)

Baca juga: Polisi Tangkap Oknum Penjual Obat Ivermectin di Jakarta, Dijual dengan Harga Rp 475 Ribu per Kotak

Baca juga: Anies Baswedan Tunjukkan Rekaman CCTV IGD RS Pasar Minggu, Antrean Pasien Covid-19 hingga 92 Orang

Awalnya, Hotman bercerita ada seorang anak muda yang positif Covid-19.

Anak muda tersebut lalu diberikan resep oleh dokter untuk mengonsumsi obat bernama Favipiravir.

Namun sayangnya, obat tersebut tidak dapat ditemukan dimanapun.

"Akan tetapi sudah seharian dicari di seluruh apotek di Jakarta, obatnya tidak ada," kata Hotman.

Hotman lalu mengungkit juga obat-obat Covid-19 lain yang kini semakin langka.

"Dan banyak juga puluhan jenis-jenis obat lain pun yang terkait dengan pandemi juga sudah dicari," kata dia.

Hotman menambahkan, dirinya yang mengoleksi begitu banyak obat bahkan juga tidak dapat menemukan Favipiravir untuk dikirimkan ke anak muda tersebut.

Menanggapi situasi ini, Hotman meminta tolong kepada Menkes agar melakukan pengecekan langsung ke lapangan.

"Bapak Menteri Kesehatan, tolong segera dilakukan audit kepada pabrik maupun kepada semua distributor," kata Hotman.

"Tolong turunkan orang, enggak bisa lagi hanya sekadar peraturan, tolong turunkan orang, cek ke lapangan distributornya semua," pintanya.

Dikutip dari Kompas.com, Favipiravir pertama kali dikembangkan oleh Toyama Chemicals Jepang.

Obat ini digunakan sebagai terapi influenza dan terbukti mampu melawan infeksi virus Ebola.

Dilansir dari Pedoman Tatalaksana Covid-19 oleh beberapa perhimpunan dokter Indonesia, favipiravir bisa digunakan pada pasien dengan gejala ringan hingga berat. Namun, penggunaannya masih sangat terbatas sehingga tidak boleh diberikan untuk ibu hamil atau perempuan yang merencanakan kehamilan.

Penggunaan obat ini disebut cukup efektif untuk mengobati Covid-19, namun untuk mengetahui efektivitas, keamanan, dan efek sampingnya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

(TribunWow.com/Anung)

Berita lain terkait Covid-19