TRIBUNWOW.COM - Ahli Forensik Universitas Gadjah Mada, Lipur Riyantiningtyas, menanggapi kasus tewasnya bocah SD berinisial NFP (10) setelah memakan sate yang dibawa pulang ayahnya.
Dilansir TribunWow.com, peristiwa itu terjadi di Kelurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (25/4/2021) kemarin.
Sate lontong tersebut merupakan pesanan yang dibatalkan, sehingga dibawa pulang sang ayah yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online (ojol), Bandi.
Baca juga: Kirim Makanan Misterius Lewat Ojol, Wanita di DIY Enggan Pakai Aplikasi dan Gunakan Nama Pria
Istri Bandi, Titik Rini, yang juga sempat memakan sate tersebut turut mendapat perawatan intensif.
Menanggapi kasus tersebut, Lipur Riyantiningtyas membenarkan ada dugaan NFP meninggal karena racun.
Walaupun begitu, sulit diketahui apa jenis racunnya karena belum diteliti.
“NFP kemungkinan besar memang meninggal dunia karena racun,” kata Lipur, dikutip dari TribunJogja.com, Senin (26/4/2021).
“Kami harus tahu terlebih dahulu gejalanya. Harus lengkap,” jelasnya.
Gejala yang dialami korban akan dihubungkan dengan hasil pemeriksaan pada tubuh serta uji sampel makanan.
Lipur enggan berspekulasi lebih jauh tentang kemungkinan apakah racun tersebut adalah sianida.
Menurut dia, tidak baik berasumsi lebih jauh karena kasus ini sudah masuk ranah hukum.
Baca juga: Kronologi Bocah Tewas setelah Makan Sate, Ayah: Anak Saya Bilang Pahit Panas, Lari ke Kulkas Minum
"Harus menunggu pernyataan resmi dari aparat. Soal kepastian racun yang ada di bumbu sate, sebaiknya tunggu hasil laboratorium,” katanya.
Sampel makanan sate tersebut kemudian menjadi bahan penelitian Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
Hal itu disampaikan Kepala BBTKLPP Yogyakarta dr Irene Susilo.
"Sampel sudah dikirim ke laboratorium kami. Tetapi saat ini masih proses penelitian," kata dr Irene, Rabu (28/4/2021).