Terkini Nasional

Istana Bantah Giring Opini Pakai Pengakuan Terduga Teroris Simpatisan FPI: Untungnya Apa

Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eks Sekretaris Umum FPI Munarman menuding ada pihak yang sengaja menggiring opini menggunakan pengakuan terduga teroris yang mengaku sebagai simpatisan FPI. Ditayangkan dalam acara Mata Najwa, Rabu (7/4/2021) malam.

TRIBUNWOW.COM - Publik baru-baru ini digegerkan oleh munculnya video pengakuan empat terduga teroris yang mengaku sebagai simpatisan hingga anggota dari ormas terlarang Front Pembela Islam (FPI).

Mantan Sekretaris Umum FPI Munarman menuding ada pihak yang menggiring opini menggunakan video pengakuan terduga teroris tersebut.

Sedangkan pihak Istana membantah adanya upaya penggiringan opini.

Pengakuan terduga teroris Ahmad Junaidi (kiri) dan Wiloso Jati (kanan) bahwa mereka adalah simpatisan FPI, ditayangkan Minggu (4/4/2021). (Capture YouTube Kompas TV)

Baca juga: Heboh Bungkusan Mencurigakan Bertuliskan FPI Munarman Diamankan Gegana, Lihat Penampakannya

Bantahan tersebut disampaikan oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Ahmad dalam acara Mata Najwa, Rabu (7/4/2021) malam.

Awalnya Najwa mempertanyakan kepada Rumadi soal tudingan yang dilemparkan oleh Munarman dalam segmen sebelumnya.

Munarman pada segmen sebelumnya menyebut ada pihak yang berupaya menggiring opini menggunakan video pengakuan terduga teroris yang mengaku simpatisan FPI.

Rumadi tegas menyatakan tidak ada upaya dari pemerintah untuk melakukan penggiringan opini terhadap publik.

"Yang dilakukan oleh pemerintah adalah memastikan bahwa jaringan terorisme dari manapun asalnya, apakah dia punya irisan dengan organisasi-organisasi yang sudah almarhum maupun tidak, itu diperlakukan sebagai orang ynag memang harus dipersoalkan dari sisi hukum," tegas Rumadi.

"Tidak ada tendensi-tendensi untuk mengarahkan ke FPI yang sudah almarhum," sambungnya.

Rumadi kemudian menyatakan tidak ada keuntungan yang diperoleh oleh pemerintah dengan melakukan penggiringan opini.

"Itu juga tidak ada keuntungan langsung, apa sih untungnya pemerintah misalnya mengaitkan persoalan ini dengan misalnya FPI," ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa FPI kini sudah tidak ada.

Terkait keberadaan barang bukti berupa atribut-atribut FPI, Rumadi menegaskan bahwa hal itu adalah fakta di lapangan.

"Itu memang fakta-fakta yang ditemukan di lapangan," terang Rumadi.

"Jadi tanpa bertendensi untuk mengarah-arahkan, untuk menggiring opini segala macam," kata dia.

"Memang fakta-fakta itu yang ditemukan di lapangan harus disampaikan," pungkasnya.

Tak Jawab Siapa yang Giring Opini

Sebelumnya tudingan tersebut dilemparkan oleh Munarman yang turut hadir di acara Mata Najwa.

Munarman menuduh ada pihak yang ingin menggiring opini publik lewat video pengakuan terduga teroris tersebut.

"Ada opini yang mau digiring menurut saya," kata Munarman.

Ia lalu menyebut, saat memberikan pengakuan, para terduga teroris tersebut membaca teks yang sudah disiapkan.

"Itu dia menghafal sesuatu yang digiring ke situ," kata Munarman.

"Siapa yang berusaha menggiring opini? " tanya Najwa selaku host acara.

Munarman kemudian terus dicecar oleh Najwa soal siapa yang dimaksud Munarman melakukan penggiringan opini.

Namun Munarman tetap tak menjawab cecaran Najwa.

"Orang yang di belakang layar itu, yang di sampingnya," jawab Munarman.

"Siapa itu Bang Munarman?" tanya Najwa lagi.

"Coba ditanya itu dia sedang ditangkap oleh siapa," kata Munarman tak memberikan jawaban yang lugas.

Menurut Munarman, penggiringan opini itu bertujuan supaya publik mencap FPI sebagai organisasi teroris yang kemudian para mantan anggota FPI bisa diperlakukan secara semena-mena.

"Tujuannya menggiring supaya FPI itu menjadi organisasi teroris," tegas Munarman.

Baca juga: Sederet Atribut FPI Ditemukan Polisi di Rumah Terduga Teroris, Ada Buku hingga Poster Rizieq Shihab

Simak videonya mulai menit ke-2.55:

4 Terduga Teroris Ngaku Simpatisan FPI

Sebelumnya diberitakan, empat terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri membuat pengakuan dengan keterangan yang mirip.

Dilansir TribunWow.com, mereka ditangkap setelah teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) lalu.

Ada lima orang yang ditangkap terkait jaringan teroris tersebut di berbagai tempat, di antaranya Jakarta, Bekasi, dan Tangerang Selatan.

Empat di antaranya mengaku menjadi bagian dari organisasi masyarakat (ormas) Front Pembela Islam (FPI) yang kini sudah dibubarkan.

"Nama saya Zulaimi Agus. Saya belajar membuat TATP atau aseton peroksida pasca-kerusuhan 21-22 Mei 2020 di depan Bawaslu," ungkap Zulaimi Agus, dalam video yang ditayangkan Kompas TV, Minggu (4/4/2021).

Pengakuan terduga teroris Bambang Setiono yang merencanakan sejumlah serangan demi menuntut kebebasan Habib Rizieq Shihab, ditayangkan Minggu (4/4/2021). (Capture YouTube Kompas TV)

Ia mengaku belajar membuat bahan peledak dari berbagai blog di internet.

Agus mengungkapkan keterlibatannya dalam FPI sejak dua tahun lalu.

"Saya bergabung dengan organisasi FPI tahun 2019 melalui DPC Serang Baru, Kabupaten Bekasi Wakabid Jihad," kata Agus.

Terduga teroris Bambang Setiono mengungkapkan pengakuan yang sama, yakni menjadi pendukung FPI.

"Saya Bambang Setiono menjadi simpatisan FPI sejak awal Desember 2020, tergabung majelis Latif Alyasin," papar Bambang Setiono.

Ia menyebut telah merencanakan serangan untuk menuntut mantan pemimpin FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) dibebaskan.

Baca juga: Soal Temuan Atribut FPI di Rumah Jaringan Teroris, BNPT: Fakta Empiris Beberapa Anggota Terlibat

"(Saya) membuat bahan dari black powder dengan bahan HCl03 dari Zulaimi Agus di Sukabumi. (Saya) merencanakan aksi penyerangan kepada SPBU dengan bom molotov untuk menuntut bebas HRS," jelas Bambang.

Terduga teroris Wiloso Jati mengaku dirinya sempat menjadi anggota FPI atau kerap disebut laskar.

"Saya Wiloso Jati. Saya adalah anggota FPI. Jabatan terakhir saya di FPI adalah sebagai laskar di DPC Jagakarsa tahun 2019," kata Wiloso Jati.

"Saya bergabung dengan kelompok Habib Husein pasca-penangkapan Habib Rizieq Shihab dan pembubaran FPI," lanjutnya.

Jati mengaku pernah menjalani latihan pembuatan bom dan ilmu kekebalan.

"Saya pernah belajar sedikit pembuatan bom dari Zulaimi Agus. Habib juga pernah memerintahkan kepada anggota untuk mengisi ilmu kebal di Sukabumi di tempat Haji Popon sebagai pembekalan untuk persiapan aksi," kata Jati.

Terduga teroris terakhir yang membuat pengakuan, Ahmad Junaidi, mengaku menjadi pendukung FPI sejak Rizieq Shihab pulang dari Arab Saudi.

"Saya atas nama Ahmad Junaidi salah satu anggota simpatisan dari FPI semenjak Habib Rizieq Shihab pulang ke Indonesia," ungkap Ahmad Junaidi.

Setelah itu, ia selalu mengikuti pengajian yang dipimpin Habib Husein Hasni yang bertempat tinggal di Condet.

Pengajian dilakukan setiap malam Jumat.

Seusai pengajian, Junaidi mengungkapkan jemaah mendiskusikan rencana peledakan industri milik asing. (TribunWow.com/Anung/Brigitta)

Berita lain terkait FPI